Selamat Pagi Para Pembaca,
Senang sekali penulis dapat berjumpa lagi dengan pembaca melalui kata. Semoga semua pembaca dalam keadaan sehat selalu, amin.
Tulisan ini penulis tulis sebagai bentuk kegiatan pertama (setelah berdoa tentunya) dalam mengawali hari, tepatnya dimulai pukul 05.00 subuh. Oleh sebab tidak lazim terdengar sapaan “Selamat Subuh”, maka digunakanlah “Selamat Pagi”. Hehe.
Tulisan ini spesial ditulis dari hasil pengamatan ekspresi atas emosi antar manusia yang pernah penulis jumpai. Mengapa demikian? Karena majemuk-majemuk yang sebentar lagi penulis utarakan sangat ampuh untuk menghargai manusia (ternilai dari ekspresi emosi yang tergambar di setiap wajah), selain juga merupakan kebiasaan baik yang perlu kita lestarikan. Sebelum itu, marilah kita pelajari terlebih dahulu pengertian dari kata majemuk.
Majemuk jika diterjemahkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “terdiri atas beberapa bagian yang merupakan kesatuan”. Kata majemuk bisa diartikan sebagai kumpulan kata yang terdiri dari minimal dua kata atau lebih, yang memiliki makna baru setelah masing-masing kata terkumpul menjadi satu. Disadari atau tidak, kata majemuk sangat sering digunakan pada percakapan sehari-hari yang menggunakan Bahasa Indonesia.
Lanjut ke pembahasan berikutnya. Kita tahu bahwa setiap kata memiliki makna masing-masing, begitupun juga kata majemuk. Tulisan ini menitikberatkan pada kata majemuk yang secara garis besar digunakan untuk memanusiakan manusia. Memanusiakan manusia berarti memperlakukan manusia layaknya manusia, sebagai makhluk yang mempunyai cipta, rasa, dan karsa, dengan menghargai eksistensinya.
- Selamat Pagi;
Pernahkah kalian bertemu dengan orang yang kalian kenal maupun tidak, baik itu di jalan, di kantor, atau di manapun, menyapa kalian dengan ucapan selamat pagi? Penulis pernah. Orang yang dimaksud tidak termasuk para motivator ya, yang setiap hari suka memotivasi dan memberikan energi positif kepada orang banyak (memang tugasnya seperti itu). Hehe.
Pengucapan salam selamat pagi yang disampaikan dengan raut muka yang penuh emosi bahagia dan sikap yang ramah adalah sebuah klimaks kebahagiaan yang tidak dapat diukur dan dibeli dengan uang. Klimaks tersebut dapat membangun mood (suasana hati) orang yang diberi salam. Klimaks itu tidak hanya dirasakan oleh orang yang diberi salam, melainkan dialami juga bahkan mungkin terlebih dahulu oleh orang yang memberi salam. Di Indonesia, hal ini lumrah terjadi, didukung pula dengan kenyataan akan tenarnya masyarakat Indonesia di kalangan masyarakat mancanegara, sebagai masyarakat yang beridentitas ramah.Â
Kita tidak perlu menunggu orang untuk menyalam kita terlebih dahulu, cukup kita aja yang memulainya. Tidak perlu jauh-jauh, mulailah dengan orang yang setiap hari kita temui di dalam rumah, ya, keluarga di rumah. Percakapan salam ini juga efektif membuat suasana kekeluargaan menjadi lebih hangat dan dekat, sehingga kondusif untuk dilanjutkan ke percakapan yang lebih serius lagi.