Puisikan hati pada malam dengan rintik hujan yang meninggalkan basah pada jendela berkaca bening dengan segelas kopi milik papa yang diam-diam disesap bunda dengan selera kesal karena papa tak mau berhenti menyapa kopi pahit malam dengan rintik hujan ini.
Bunda mempuisikan hati gelisah pada dinding bata bekas gerusan tangan tukang yang meminta upah selangit karena harga BBM yang melangit tanpa mau menoleh ke bawah menatap sekawanan anak sekolah berongkos rendah.
Selamat tinggal puisikan hati pada malam berintik hujan pada atap terang lapuk nan bolong digerus masa dengan dalih merindukan rinai hujan yang merembes di sela pecahan mengucap" selamat malam papa dan bunda. Yes love you forever.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI