Teknologi informasi merusak kemapanan pola konsumsi, distribusi dan produksi konten dan kemasan berita selama ini. Pengaruhnya memberi masalah besar bagi kelangsungan hidup "media mainstream". Ditulis dalam tanda kutip di sini, karena yang disebut mainstream saat ini mungkin bukan lagi radio, televisi dan koran sebagaimana yang dimaksud.
Digitalisasi dan internet memang memberikan bukan hanya kecepatan dalam produksi, distribusi dan konsumsi informasi, namun juga kemudahan dan interaktifitas dimana tiap orang dapat atau memiliki akses yang sama menjadi produser, distributor sekaligus konsumen dari berita. Masyarakat menjadi obyek sekaligus subyek berita.
Yang membedakan adalah pada keterampilan dalam menyampaikan pesan hingga mampu menarik perhatian banyak orang dan mencapai efek komunikasi yang diharapkan. Sementara masyarakat juga memiliki "kuasa" atau kebebasan atas apa yang dikonsumsi sedemikian rupa.
Akun media sosial individu yang menjadi idola bahkan "musuh publik", efektif dapat menjadi tempat berkumpul banyak orang, yang secara sosiologis akan selalu diikuti oleh yang ingin berjualan.
Karena dimana orang berkumpul, di situ banyak yang ingin menjual sesuatu.
Peralihan tempat berkumpul dari "media mainstream" ke media sosial juga berpengaruh pada perpindahan para "pedagang" yang berbondong-bondong membuat "kue iklan" di media sosial makin membengkak di satu sisi, dan kue iklan di "media mainstream" makin mengecil hingga pada titik kestabilan baru
Hal ini kian bertambah dengan berbagai platform media sosial yang memberikan layanan adsense yang di satu sisi memungkinkan para pengiklan dapat memilih akun dan konten dengan lebih spesifik berdasarkan audiens yang dituju. Dan di sisi lain membuka peluang usaha sebagai content creator dan pengelola akun media sosial termasuk YouTube.
Media digital mampu mendata, menseleksi, dan menyebarkan konten secara akurat dan termonitor lebih tepat. Sehingga tidak hanya dapat memantau dampak namun juga proses dan hasil keterjangkauan. Bahkan indikasi perubahan persepsi yang dapat menjadi dasar arah, konten dan kemasan  komunikasi publik yang dilakukan.
Keterampilan serta keahlian dalam analisis komunikasi dan media, penyusunan strategi pemasaran digital, copy writing termasuk produksi konten dan distribusinya menjadi penting. Bukan hanya bagi tokoh politik, lembaga namun juga individu dan profesional yang tentu membutuhkan dukungan masyarakat luas.
Salah satu yang cukup memiliki keterampilan tersebut adalah Ridwan Kamil. Mantan walikota Bandung yang saat ini menjadi Gubernur Jawa Barat ini adalah salah satu pejabat publik yang selama ini aktif bermedia sosial. Kinerjanya di media sosial dapat diukur dari jumlah follower di Instagram yang mencapai 14 juta akun lebih.