Walaupun bukan merupakan destinasi popular bagi kebanyakan WNI, tapi saya yakini banyak yang pernah mendengar ataupun melihat foto Mount Rushmore yang terletak di Dakota Selatan Amerika Serikat. Yaitu pahatan berwujud empat wajah Presiden Amerika di gunung batu yang terjal.
Lamanya perjalanan dari Jakarta via Tokyo dan mendarat di Los Angeles, dilanjutkan dengan penerbangan domestik membutuhkan waktu perjalanan di udara tidak kurang dari 20 jam. Bila ditambah dengan waktu transit kira-kira menghabiskan tidak kurang dari 25 jam alias lebih dari satu hari.Â
Waktu penerbangan yang lama serta biaya yang realatif mahal menjadi pertimbangan utama bila berniat melihat keempat wajah Presiden Amerika Serikat tersebut. Hal-hal ini barangkali yang menjadi alasan mengapa Mt Rushmore tidak terlalu diminati untuk dikunjungi.
Awal September 2017 lalu kami berkesempatan menghadiri pernikahan keluarga di kota kecil bernama Saint Lucas, terletak di Negara bagian Iowa dengan transit beberapa hari di kota Sioux Falls, Dakota Selatan, kedua kota tersebut terletak di bagian Utara Amerika. Waktu transit yang hanya beberapa hari kami gunakan untuk mengunjungi Mt Rushmore dan menjelajahi sebagian daerah sekitarnya.
Jarum jam menunjukan pukul 7.55 pagi waktu setempat saat kami memulai perjalanan dari kota Sioux Falls menuju Mt Rushmore. Perjalanan membutuhkan waktu tidak kurang dari 6 jam menggunakan kendaraan pribadi.Â
Memperhitungkan waktu perjalanan yang jauh serta objek wisata yang akan kami kunjungi, kami memutuskan mencari penginapan di kota terdekat karena selain Mt Rusmore ternyata masih ada beberapa  objek wisata menarik lainnya di sekitar Dakota Selatan yang sayang kalau hanya dilewati. Kota terdekat dengan Mt Rushmore bernama Rapid City. Kota ini hanya dapat ditempuh dengan pesawat udara atau kendaraan pribadi. Selain kedua moda transportasi tersebut yang dapat mengantarkan anda ke Mt Rushmore, anda dapat bergabung dengan biro jasa pelayanan wisata  lokal yang banyak tersedia di kota kota Amerika bagian utara. Moda transportasi lain seperti kereta maupun bus tidak tersedia.
![Dok.pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/06/img-0138-59d776d47a70f12bbd2bb363.jpg?t=o&v=770)
Rata rata kecepatan kendaraan kami sekitar 120 kmpj. Di sepanjang jalan terbentang padang rumput yang luas tempat sapi merumput serta ladang jagung maupun gandum yang seolah olah tidak bertepi karena demikian luasnya. Kadang kala ditemukan ladang kincir angin sebagai alternative petani maupun pemilik ladang memperoleh sumber energy murah dan bebas polusi.
![Dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/07/img-0533-59d7d8c8163a1533222764a2.jpg?t=o&v=770)
Di rest area tidak tersedia warung maupun penjual makanan dan minuman, hanya mesin minuman ringan sekedarnya. Disediakan ruangan apabila pengendara bermaksud istirahat maupun makan bekal yang dibawa dari rumah. Pompa bensin dengan mudah dapat ditemui sepanjang highway dan dilengkapi dengan toko makanan dan minuman.Â
Tidak kelihatan petugas pompa bensin jadi harus melayani sendiri. Pembayaran juga tidak menggunakan uang kontan, tapi kartu kredit atau sejenisnya. Bila menggunakan uang kontan, harus melapor kepenjaga toko, membayar sesuai kebutuhan kemudian dipersilahkan kembali kepompa bensin untuk mengisi sendiri.
Bukan hanya di Amerika, tetapi banyak Negara lain yang tidak lagi menggunakan uang kontan dalam transaksi pembayaran. Indonesia (Jakarta) sudah mulai dengan penggunaan kartu tol non tunai, tapi perlu beberapa waktu untuk membiasakan diri.
Seperti sudah disampaikan bahwa disekitar Mt Rushmore terdapat beberapa destinasi wisata lain yang juga terkenal di Dakota Selatan Amerika Serikat. Salah satu objek wisata yang paling tekenal dan menjadi tujuan selain Mt Rushmore adalah Badlands.
BADLANDS
![Dok.pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/06/img-0143-59d778ee767e8c3a2a6508a2.jpg?t=o&v=770)
Badlands merupakan destinasi antara  sebelum menuju Mt Rushmore. Badlands yang juga terletak di Negara Bagaian Dakota Selatan berjarak sekitar 1 jam berkendaraan dari kota Rapid City yang merupakan kota tujuan kami untuk beristirahat. Jalan menuju Rapid City membelah kedua sisi bukit batu Badlands dengan lebar kurang dari 10 meter, beraspal mulus dan terawat dengan baik. Kami hanya menemui satu2nya kafe atau lebih tepat disebut sebagai tempat persinggahan untuk melepaskan dahaga dan mendapat makanan ringan ala kadar. Apabila akan menuju Badlands disarankan membawa bekal secukupnya.
Sesampai di Rapid City kami langsung menuju hotel untuk beristirahat. Waktu menunjukan jam 16,20. Setelah membersihkan diri dan mencari makan malam, kami istirahat untuk persiapan besok menuju Mt Rushmore.
Mount (Mt) RUSHMORE
![Dok.pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/06/mt-rushmore-59d77928767e8c3b08691d22.jpg?t=o&v=770)
Digagas oleh sejarawan South Dakota, Doane Robinson, kemudian dikerjakan oleh pematung asal Denmark, Gutzon Borglum. Pengerjaan wajah pahatan secara bertahap, yang pertama kali diresmikan adalah wajah George Washington pada tahun 1934, 2 tahun kemudian menyusul wajah Thomas Jefferson, kemudian wajah Theodore Roosevelt pada tahun 1939 dan terakhir wajah Abraham Lincoln tahun 1941.
Pada tahun yang sama sang pemahat menghembuskan napas terakhir dan pada bulan Okatober tahun 1941 semua pekerjaan dinyatakan selesai. Kendatpun tidak sesuai dengan harapan sang pemahat yang berkeinginan mewujutkan pahatannya memperlihatkan tubuh mantan Presiden sebatas pinggang, tapi itulah usaha maksimalnya. Berbagai hambatan menyelimuti proses pembuatannya, mulai dari kekurangan dana, perang di Eropa, sampai protes dari pemangku adat setempat yaitu orang Indian.
Mt Rusmore walaupun berada pada ketinggian 1745 m dpl dan menghadapap Tenggara, namun tidak terlihat dari jalan Highway. Â Harus melewati jalan penghubung berjarak sekitar 8 km sebelum sampai di kaki gunung. Memasuki gerbang karcis, pengunjung diharuskan membayar 20 dollar permobil, harga tiket sudah termasuk penumpangnya.Â
Pengendara diarahkan oleh petugas menuju area parkir yang tersedia dan bernotasi abjad. Kami kebagian parkir di basmen dan harus naik lift atau tangga menuju gerbang utama. Setelah menaiki tangga, sampailah kami di plasa gerbang utama yang luas dengan hiasan umbul umbul di sepanjang tepi jalan. Terlihat pengunjung mulai berfoto dengan jarak yang lumayan jauh sekitar 200 m dari objek wajah.
![gerbang-59e0627363eae72f651180a2.jpg](https://assets.kompasiana.com/items/album/2017/10/13/gerbang-59e0627363eae72f651180a2.jpg?t=o&v=770)
Di bagian bawah tempat kami berdiri terdapat ruang pameran dan dilengkapi dengan ruang bioskop dan toilet. Pengunjung dapat melihat foto-foto dan alat alat kerja pada masa pembuatan patung. Pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan film secara cuma cuma tentang proses dan pembuatan, mulai dari maket sampai pengerjaan pemahatannya, durasi film sekitar 30 menit.
Setelah puas menikmati wajah dalam pahatan di dinding batu granit, kami kembali menuju parkir, sebelumnya kami mampir di toko souvenir untuk membeli sekadar tanda mata. Yang menarik dari kebanyakan  toko-toko di Amerika bagian Utara, semua produk yang di jual 99% buatan benua Amerika. Entah itu kaos yang di jahit di Mexico, atau topi buatan Honduras. Kami tidak menemukan buatan Negara lain. Seperti banyak ditemui di New York, Washington atau Chicago.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI