Sedang apa kau hari ini? Mungkin kau sedang duduk seorang diri di teras rumah sambil meneguk secangkir teh.
Saya  membayangkan teh buatanmu yang coklat mengenang  kala itu. Seperti kita yang sudah lelah dan basah dalam kenangan.
Saya berdiri disini. Disebuah pertigaan, tempat masa lalu diikat tiang kenangan. Angin berhembus. Tanah pucat, langit biru, dan jalanan tiba-tiba sepi.
Saya masih bisa menghirup bau teh yang kau aduk dengan gula yang tinggal setengah sendok. Saya mengenang segala kenangan pahit itu, saat kita kehabisan gula dan kau mengumpulkan uang receh yang berhamburan diatas meja.
Nostalgia memang adalah tamu tak terduga. Ia seperti hujan yang turun disebuah tikungan dan kita berlari sambil bergandengan tangan.
Di sebuah kios kecil ditepi jalan, saya dengar nafasmu memburu saat kita berteduh.  Gelap menghampiri. Lampu-lampu jalan  menyala satu persatu.
Sedang apa kau hari ini? Mungkin sedang sibuk menanak nasi, atau sedang duduk seorang diri di teras rumah.
Di pertigaan ini, saya berdiri seorang diri. Menguyah kenangan sambil menatap orang-orang yang pulang dari tempat kerja.
Di teras itu kau duduk sendiri. Saya berdiri di pertigaan ini. Kita pun menua. Sendiri-sendiri.
Rumah Biru. 2020