Mohon tunggu...
Honing Alvianto Bana
Honing Alvianto Bana Mohon Tunggu... Petani - Hidup adalah kesunyian masing-masing

Seperti banyak laki-laki yang kau temui di persimpangan jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nenek susu panjang

24 April 2020   03:20 Diperbarui: 24 April 2020   07:40 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Haha...itu bukan Nenek susu panjang! Itu sapi milik kakek Amle'ut ", ia memang suka mengikat sapi dibalik pepohonan itu.

Tinus kemudian membuka baju dan berlari menuruni bebatuan. Ia lalu membuka celana dan terjun ke kolam. Kemudian ia mengangkat kepala dari dalam air dan berkata dengan terengah-engah.

"Tidak ada Nenek susu panjang, Enos. Ayolah...."

Tinus menyelam dan berenang. Ia mengepak-ngepakkan air dengan kedua kakinya. Sudah lama saya tidak mandi di sungai ini. Hampir setengah jam Tinus berenang dan tidak terjadi apa-apa. Saya tak kuasa menahan dorongan untuk mandi. Dingin akhirnya merambat ke seluruh tubuh saya. Dalam beberapa menit, saya mendapati tubuh saya sudah berada di dalam air.

Kami berenang berdua. Tinus memercikkan air ke wajah saya. Saya  membalas memercik ke wajahnya. Kami tertawa cekikikan.

"Di sini Nenek susu panjang pernah menangkap anak-anak." Sekilas dalam pikiran saya berkelibat cerita ibu bahwa Nenek susu panjang menarik kaki terlebih dulu, kemudian membenamkan tubuh dan baru melepasnya sampai dua atau tiga jam kemudian. Tapi saya tidak merasakan apa-apa. Tidak ada yang menarik kaki saya. Tidak ada nenek susu panjang. Ibu sengaja menakuti agar saya tidak bermain di sungai. 

Tinus mengajak melakukan hal yang sudah lama tidak kami lakukan: siapa yang paling lama bisa menahan nafas dalam air. Sementara saya menyelam, Tinus memperhatikan sambil berhitung dalam hitungan detik. Dan ketika saya mencoba menyelam, di bawah sana saya melihat sesuatu.

"Ada sesuatu di bawah sini!"

"Ada apa?" Tinus berenang ke arah saya dan mulai menyelam. 

Saya keluar dari kolam dengan tubuh gemetar. Beberapa menit kemudian saya melihat gelembung-gelembung udara bermunculan di atas permukaan air. Sudah hampir 1 jam Tinus tak muncul ke permukaan. Saya semakin ketakutan. Kepala saya terasa berat. Detak jantung saya semakin tak beraturan. Seperti sedang disuruh mengerjakan tugas matematika oleh Pak Hala -guru terjahat disekolah kami.

Tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh mengapung disudut kolam.  Saya semakin ketakutan. Saya melihat kearah kiri dan kanan sebelum mendekat. Saya seperti mengenal sosok itu, perutnya mengembung seperti perempuan yang sedang hamil 7 bulan. Saya terkejut, ternyata Tinus telah mati tenggelam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun