Mohon tunggu...
Honing Alvianto Bana
Honing Alvianto Bana Mohon Tunggu... Petani - Hidup adalah kesunyian masing-masing

Seperti banyak laki-laki yang kau temui di persimpangan jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Unik, Dalam Kalender Suku Boti Ada 9 Hari dalam Sepekan

9 Agustus 2019   00:48 Diperbarui: 9 Agustus 2019   12:08 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerajaan Boti adalah kerajaan terakhir dipulau Timor yang masih tetap bertahan dari gempuran modernisasi. Kerajaan Boti atau yang biasa dikenal dengan desa adat Boti berada di Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Untuk mencapai desa ini, Dari kota Soe dibutuhkan waktu satu setengah jam dalam kondisi normal, dan dua sampai tiga jam jika dalam musim penghujan. Jarak dari Soe, kota kabupaten Timor Tengah selatan ke desa Boti sekitar 43 KM. Letak desa Boti ini berada di balik pegunungan Timor yang memiliki medan cukup berat dan rumpit untuk dilalui.

Saat musim penghujan, kendaraan umum seringkali hanya sampai setengah perjalanan, selebihnya perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki atau menyewa ojek melalui jalan berkapur yang berdebu dan berbatu. 

Jalan-jalan disinipun berada di pinggir tebing yang cukup labil, sehingga kondisi untuk mencapai lokasi yang dituju, cukup membahayakan.

Sebagaimana kita ketahui, masyarakat Boti sangat konsern dalam memelihara dan mempertahankan tradisi nenek moyang berupa nilai-nilai dan norma -norma adat dari suku bangsa Dawan atau Atoni Meto hingga saat ini. Salah satu tradisi yang masih dipegang teguh adalah sistim penanggalan atau Kalender Harian masyarakat Boti, yang dalam sepekan terdiri dari 9 (sembilan) hari.

Dimana hari-hari tersebut mempunyai makna tersendiri. Inilah suatu pengetahuan tradisional yang juga merupakan kearifan lokal masyarakat suku Boti. Kesembilan hari tersebut adalah sebagai berikut:

1.Neon Ai (Hari Api)

Hari yang dimaknai sebagai hari yang baik, terang dan cerah. Namun perlu berhati-hati dengan penggunaan api, sebab jika tidak dapat mendatangkan malapetaka berupa kebakaran.

2.Neon Oe (Hari Air)

Aktivitas lebih berorientasi pada air. Dalam artian harus menggunakan air secara bertanggung jawab dan pada hari ini peran dewa air (Uis Oe) sangat besar sehingga perlu juga diwaspadai.

3. Neon Besi (Hari Besi)

Hari yang dikeramatkan bagi barang-barang yang berbau besi. Jadi harus hati-hati dalam menggunakan b&ida-benda tajam seperti pisau, parang, tombak dan pedang.

4.Neon Uis Pah ma Uis Neno (Hari Dewa Bumi dan Dewa Langit).

Hari ini merupakan hari yang diperuntukan bagi semua makhluk hidup untuk memuliakan Pencipta dan Pemelihara hidup serta pemangku dan pemberi kesuburan. (Amoet Apakaet, Afafat ma Amnaifat; Manikin ma Oe',tene he Namlia ma Nasbeb).

4.Neon Suli (Hari Perselisihan)

Hari yang dimanfaatkan untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang terjadi dalam komunitas. Berhati-hati pula dalam berinteraksi sosial dengan sesama karena peluang besar untuk terjadi perselisihan.

5.Neon Masikat (Hari Berebutan)

Hari ini merupakan kesempatan bagi warga untuk memanfaatkannya secara efisien dan efektif dalam berkomunikasi dan beraktivitas baik dengan sesama maupun lingkungan alam. Hari ini juga merupakan kesempatan untuk meraih sukses dalam hidup.

6.Neno Naek (Hari Besar)

Hari besar, yang penuh nuansa kasih persaudaraan, sehingga perlu dijauhi kecenderungan terjadinya sengketa baik dalam keluarga maupun dengan sesama tetangga atau dalam komunitas yang lebih luas lagi.

7.Neon Li'ana (Hari Anak-anak)

Hari yang disediakan bagi anak-anak untuk dapat mengekspresikan kebahagiaan lewat bermain dan aktivitas lainnya yang bernuansa gembira. Orang tua tidak boleh membatasi atau melarang anak-anak dalam beraktivitas.

8.Neon Tokos (Hari Istirahat)

Hari yang tenang dan teduh, sebab di balik keheningan orang Boti dapat mereflesikkan hidupnya, sejauh mana hubungan dengan sesama, alam dan teristimewa sang pencipta dan pemelihara hidup. Juga dijadikan moment untuk mensyukuri setiap berkat yang diperoleh selama sepekan. 

Penanggalan harian dalam sepekan diurut secara kontekstual dan fungsional. Sehingga dalam simpul kehidupan suku Boti dapat mengatur secara efektif dan efisien sesuai peran sosial masing-masing. Seluruh hari-hari tersebut  juga menyatu dengan kehidupan mereka.

Prinsip-prinsip hidup masyarakat  Boti yang tidak serakah dan mandiri, serta tidak merusak alam membuat mereka apa adanya dalam menghadapi hidup. Mereka merasa kaya, karena memandang bahwa apa yang dimiliki mereka telah cukup di dalam hidup, dengan alam yang mereka miliki dan di bumi yang mereka pijak.

Hubungan yang baik antara masyrakat Boti dan alam serta sesama manusia membuat kehidupan mereka begitu mandiri, tertib dan teratur. Mereka merasa sangat bahagia dengan apa yang ada. Kebahagiaan mereka atas hidup tidak menggunakan standar-standar yang diterima oleh masyrakat modern dan atau masytakat pada  umumnya. Bagi mereka, kebahagian, derita dan sengsara hanyalah karma-karma yang diterima atas hidup yang mereka jalani. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun