Mohon tunggu...
Honing Alvianto Bana
Honing Alvianto Bana Mohon Tunggu... Petani - Hidup adalah kesunyian masing-masing

Seperti banyak laki-laki yang kau temui di persimpangan jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Desa Boti Pencuri Tak Dihukum, tapi Dinafkahi

25 Juli 2019   13:25 Diperbarui: 26 Juli 2019   16:09 1542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerajaan Botti adalah kerajaan terakhir yang terdapat di pulau Timor yang masih tetap bertahan sampai saat ini. Kerajaan Boti ini terletak dikecamatan Ki'e, kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kerajaan Botti atau yang biasa dikenal dengan desa adat Botti dipimpin oleh seorang usif (usif: raja, pemimpin adat sekaligus pemimpin spiritual) bernama usif Namah Benu.

Masyrakat di Desa Botti sampai saat ini masih menganut agama nenek moyang atau yang biasa disebut "halaika". 

Oleh karena itu, tidaklah heran jika masyrakat Botti masih memegang teguh tradisi serta adat dari nenek moyang.

Di desa Botti, kita bisa mengambil nilai-nilai yang sangat unik yang tentu tidak akan kita jumpai ditempat-tempat lainnya di Indonesia.

Bagaimana tidak? Di desa ini mereka tidak pernah menghukum para pencuri, tapi malah membantu atau menafkahi.

Menurut Masyrakat Botti, jika kita menghukum para pencuri maka mereka akan terus mencuri jika barang hasil curian sudah habis terpakai.

Untuk itu, solusi dari masyrakat Botti adalah mengumpulkan barang-barang dari seluruh kepala keluarga yang berada di desa Botti untuk selanjutnya diberikan kepada si pencuri tersebut.

Hal ini juga berlaku jika si pencuri mencuri hasil kebun seperti pisang, kelapa dan lain-lain.

Solusi yang dilakukan adalah dengan mengajak seluruh kepala keluarga untuk menanam pisang atau kelapa kepada si pencuri sesuai kebutuhannya.

Tidak berhenti di situ, masyrakat Botti juga sering mencuci rambut bukan dengan shampo seperti yang dilakukan oleh orang-orang kota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun