Mohon tunggu...
Leo Naldi
Leo Naldi Mohon Tunggu... Buruh - Buruh di perusahaan swasta.

Daripada kata-kata itu hanya diam di sudut otak saya, maka lebih baik saya keluarkan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Satu

30 Mei 2024   12:30 Diperbarui: 30 Mei 2024   12:33 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku lahir seorang diri ke dunia ini.

Pergi pun sendiri dari dunia ini.

Hidupku kelam sedari dulu.

Sedang mencari di mana si bahagia itu.

Hidupku selalu sendiri sedari dulu.

Temanku tembok, kasur, dan buku.

Apa aku layak bahagia?

Semua orang layak hidup bahagia.

Kaya, miskin, tua, muda, kurus, gendut,

polisi, tentara, sopir, kuli, guru, badut.

Semua kudu hidup bahagia.

Tapi, apa mungkin?

Aku mengulangi pertanyaanku sendiri.

Seakan aku tidak percaya pada hidup ini.

Para pemenang merayakan kehidupannya.

Para pecundang meratapi hidup kelamnya.

Tapi, mungkin ada satu yang bikin bahagia.

Aku tidak lagi seorang diri di dunia.

Aku telah bertemu temanku.

Teman sejatiku.

Aku mungkin terlalu menyedihkan.

Tapi, denganmu senyumku kembali kembang.

Walau hanya ada satu bahagia.

Cukup sudah bagiku.

Jakarta, 15 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun