Mohon tunggu...
Haniam Maria
Haniam Maria Mohon Tunggu... -

If it's hard, you don't have to be alone. Come, I'm ready to listen 😇 Seseorang yang selalu tersenyum dan tertawa selagi mencari jati diri. I'm S.Psi 😁

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Otak Atik Otakku

22 September 2014   18:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana kita bisa tahu yang kita lihat adalah cahaya terang atau gelap? Yang kita sentuh dingin atau panas? Atau yang kita rasakan manis atau pahit? Dan bagaimana anda bisa mengendarai kendaraan dengan melakukan aktivitas lain seperti melihat peta atau mendengarkan music? Dalam artikel kali ini, saya akan mencoba membahas pertanyaan tersebut.

Steve Pinker (dalam Solso, Maclin & Maclin, 2007) dalam bukunya How the Mind Works mengungkapkan bahwa:

Pikiran (mind) adalah sebuah system yang tersusun dari organ-organ komputasional, yang didesain seleksi alam untuk memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh nenek moyang kita selama masa hidup mereka sebagai pemburu-peramu, khususnya untuk memahami (dan mengakali) objek-objek seperti binatang, tumbuhan, dan manusia lain.”

Dari kutipan diatas, saya menyimpulkan bahwa otak manusia dari awal telah didesain untuk memecahkan berbagai stimulus yang masuk ke dalam otak dengan cara menerima, memahami dan memikirkan tentang stimulus tersebut sehingga manusia dapat memberikan reaksi yang sesuai dengan stimulus yang didapatkan. Otak komputasional adalah untuk mempersepsikan informasi mengenai lingkungannya, memahami dunianya, dan memproses informasi. Konsep dari otak komputasional sendiri didasarkan pada ide bahwa pikiran adalah apapun yang dilakukan otak yaitu pemrosesan informasi. Contoh sederhana ketika kita melakukan sebuah komputasi adalah seperti saat kita memikirkan tentang apa yang akan kita makan nanti malam atau esok hari.

Beralih pada kerja otak kita dalam memproses informasi atau stimulus yang didapatkannya. Sensasi adalah proses penerimaan stimulus atau ransangan dari luar (seperti cahaya, suara, suhu, rasa, dan lain-lain) yang dideteksi oleh panca indra. Setelah stimulus tersebut dirasakan indra maka mulailah kognisi kita menginterpretasikan atau menafsirkan stimulus-stimulus yang kita terima tersebut dengan cepat, proses ini disebut dengan persepsi. Dan terhadap stimulus-stimulus tersebut muncul atensi, yaitu pemusatan pikiran pada satu stimulus dari ribuan stimulus yang kita terima dalam satu waktu secara jernih dan jelas. Atensi ini mengacu pada penyeleksian persepsi yang dianggap paling penting dari segala yang ada di sekitar kita. Dengan adanya atensi inilah yang menyebabkan kita hanya terfokus pada satu obyek stimulus saja dan mengabaikan obyek stimulus yang lain. Namun, terkadang kita dituntut untuk melakukan lebih dari satu stimulus yang menyebabkan kita harus membagi atensi kita pada beberapa pekerjaan atau aktivitas. Seperti contoh, berkendara sambil menelepon, melihat peta, atau mendengarkan music. Aktivitas-aktivitas tersebut apabila kita telah terbiasa maka akan menjadi otomatis sehingga hanya akan membutuhkan sedikit atensi atau kesadaran, inilah yang disebut dengan pemrosesan otomatis.

Di dalam otak, kita memiliki sebuah penyimpanan sensorik yang mampu mengambil keputusan dengan cepat berdasarkan pemaparan-pemaparan singkat terhadap suatu kejadian. Setiap ingatan sensorik tersebut akan memudar dengan cepat dan sebagian besar akan kita lupakan. Selain penyimpanan Sensorik, terdapat juga penyimpanan Ikonik dan penyimpanan Echoik. Penyimpanan Ikonik, menurut Neisser (1967), adalah kemampuan untuk menangkap kesan-kesan visual dalam jangka waktu yang sangat singkat (sehingga dapat diproses lebih lanjut), dan Neisser menyebutnya sebagai Memori Ikonik. Di dalam penyimpanan Ikonik ini, diutamakan pada hubungan dengan indra visual kita. Contohnya, kita diperlihatkan pada bermacam-macam gambar dalam waktu yang singkat, dan setelah itu kita diperintahkan untuk menyebutkan gambar-gambar yang tertangkap oleh indra kita namun kemungkinan gambar-gambar yang kita ingat hanya beberapa saja. Penyimpanan Echoik atau Memori Echoik, menurut Neisser (1967) adalah kemampuan untuk menangkap kesan-kesan audio dalam jangka waktu yang sangat singkat (sehingga dapat diproses lebih lanjut). Berbeda dengan penyimpanan Ikonik, penyimpanan echoik ini berhubungan dengan indra audio kita atau pendengaran. Seperti contoh, kita diperdengarkan sebuah alunan musik, dan kemudian kita disuruh mengingat nada-nada yang kita tangkap dari alunan musik tersebut. Penyimpanan Ikonik dan penyimpanan Echoik hanya terjadi sesaat atau sekitar ¼ - 4 detik saja karena penyimpanan ini tidak melibatkan proses-proses kognitif tingkat tinggi dan tidak dikirimkan ke tahap pemrosesan informasi selanjutnya. Penyimpanan Ikonik dan Echoik memungkinkan manusia memilih informasi yang relevan atau berguna untuk pemrosesan lebih lanjut.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan pernah lepas dari peran otak komputasional dalam melakukan sensasi, persepsi, dan atensi serta penyimpanan sensorik, penyimpanan Ikonik maupun penyimpanan echoik. Setiap dari kita akan memiliki pemrosesan yang berbeda satu sama lain walaupun disajikan informasi atau stimulus yang sama. Para peneliti telah melakukan pengujian tentang teknik-teknik yang dapat digunakan dalam upaya mengatasi kesulitan dalam menghubungkan kapasitas sensorik dengan kemampuan mengingat, antara lain teknik pelaporan parsial (teknik mengingat dengan menggabungkan isyarat suara dengan cahaya) yang dianggap lebih baik dalam kemampuan mengingat dibandingkan teknik pelaporan penuh (tanpa adanya isyarat pembantu).

Sekian dari saya, semoga bermanfaat… J

Sumber Referensi:

Solso, R.L., Maclin, O.H., & Maclin, M.K. 2008. Psikologi Kognitif (dialihbahasakan oleh Mikael Rahardanto & Kristianto Batuadji). Jakarta: Penerbit Erlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun