Adikku benar-benar sudah menjadi orang Jawa. Dia samasekali tidak memiliki darah Jawa, namun begitu tergila-gila dengan burung berkicau. Ini merupakan salah satu identitas yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Masih ingat Mas Karyo, tokoh beretnis Jawa di sinetron "Si Doel Anak Sekolahan" yang populer sekitar tahun 1992 lalu? Kira-kira apa yang tergambar dalam keseharian Mas Karyo mampu mewakili kecintaan tak sedikit masyarakat Jawa terhadap burung berkicau.
Untuk kebutuhan merawat burung-burungnya, Oetha, adikku, harus rajin bolak-balik ke pasar Ngasem, pasar hewan yang menyediakan pakan untuk binatang peliharaannya.
Sore itu, 4 Juli 2009, aku dibangunkan oleh adikku yang tiba-tiba masuk ke kamar:
"Lihat ini," katanya.
"Apa?" tanyaku dengan malas.
"Ini," tunjuknya pada keranjang kecil yang dibawanya."
"Kelinci? Siapa?"
"Ya buat elu."
"Hah?"
"Ya!"
***
Oetha membeli keduanya di Pasar Ngasem, seharga Rp 35 ribu sepasang. Tidak mahal, sebab mereka jenis yang mudah dikembang-biakkan, yaitu ras Australia.
Dua kelinci kecil seberat hanya dua ons atau tak lebih dari kepalan tangan anak SMP itu baru berumur dua minggu. Mereka sepasang, masing-masing berwarna dasar putih dengan campuran abu-abu dan coklat.
Setelah dengan perdebatan panjang, akhirnya si abu-abu dinamai Billie dan si coklat Minnie.
Welcome home, rabs! ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H