Mohon tunggu...
k i n i n135
k i n i n135 Mohon Tunggu... Internal Auditor -

Work – life balance 

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Se-(Me)lepas Hujan

20 Januari 2017   11:52 Diperbarui: 20 Januari 2017   12:14 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tatkala toleransi sampai keujung - setengah tujuh,

Berbekal positive thingking aku memberi tahu - pada pintu kayu,

: Baiknya sadar bangun dan segera berkegiatan,

Sudah dari subuh aku berbicara padaNya tentang banyak hal,

Dari dunia sekitar yang paling dekat hingga petinggi nusantara,

Dari rancangan kerumah doa dan menyebar manfaat kesesama,

Aku memohon kehendakNya dinyatakan,

Berserah pada keputusan yang dikabulkan,

Respon anak yang manja, tak jelas apa maunya,

Menangis, menggerutu dan kekanak – kanak an,

Kesadaranku mengatakan  tak perlu ikut campur tangan,

Lalu sang ibu gampang berdalih: “hujan – nyenyak – telat!”, 

Hujan pagi yang dat ang, si kambing hitam.

Bukan kebetulan aku suka memandang hujan,

Asmara awan kepada tanah,

Kecintaan langit teruntuk bumi,

Kegemaran yang tak pernah kusadari,

Menikmati sorak hujan bak menyimak tarian,

Mendengar curahan dari balik awan, kuyup riuh penuh,

Damai hadir disini,

Berderai derai,

Bersama air.

[Hujan pagi tadi - flashback to medio November 2016]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun