Tatkala toleransi sampai keujung - setengah tujuh,
Berbekal positive thingking aku memberi tahu - pada pintu kayu,
: Baiknya sadar bangun dan segera berkegiatan,
Sudah dari subuh aku berbicara padaNya tentang banyak hal,
Dari dunia sekitar yang paling dekat hingga petinggi nusantara,
Dari rancangan kerumah doa dan menyebar manfaat kesesama,
Aku memohon kehendakNya dinyatakan,
Berserah pada keputusan yang dikabulkan,
Respon anak yang manja, tak jelas apa maunya,
Menangis, menggerutu dan kekanak – kanak an,
Kesadaranku mengatakan tak perlu ikut campur tangan,
Lalu sang ibu gampang berdalih: “hujan – nyenyak – telat!”,
Hujan pagi yang dat ang, si kambing hitam.
Bukan kebetulan aku suka memandang hujan,
Asmara awan kepada tanah,
Kecintaan langit teruntuk bumi,
Kegemaran yang tak pernah kusadari,
Menikmati sorak hujan bak menyimak tarian,
Mendengar curahan dari balik awan, kuyup riuh penuh,
Damai hadir disini,
Berderai derai,
Bersama air.
[Hujan pagi tadi - flashback to medio November 2016]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H