Pada tahun 1999, setelah lebih dari 20 tahun pendudukan, Timor Timur akhirnya memperoleh kemerdekaannya dari Indonesia melalui referendum yang diakui oleh PBB. Proses ini, bagaimanapun, tidak berjalan lancar dan diperparah oleh tindakan kekerasan dan intimidasi oleh militer Indonesia dan kelompok pro-Indonesia di wilayah tersebut.
Saat ini, Timor-Leste masih berjuang untuk membangun negara yang stabil dan sejahtera. Mereka harus mengatasi banyak masalah, termasuk kemiskinan, kurangnya infrastruktur, dan konflik politik. Namun, mereka juga telah berhasil mencapai banyak kemajuan, termasuk stabilitas politik yang semakin baik, peningkatan ekonomi, dan kemajuan dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
Pertimbangan perspektif
Pembantaian Santa Cruz dianggap sebagai salah satu kejadian paling tragis dalam sejarah Timor Timur. Kejadian ini menunjukkan betapa kejamnya militer Indonesia dalam menindas penduduk Timor Timur yang berjuang untuk hak asasi manusia dan kemerdekaan mereka. Korban jiwa dan luka-luka yang dihasilkan dari kejadian ini adalah tindakan kekerasan yang tidak dapat dibenarkan dalam konflik politik mana pun.
Dalam pandangan perspektif Indonesia, pemerintah Indonesia menganggap bahwa Timor Timur adalah bagian dari Indonesia dan mengklaim bahwa mereka melakukan tindakan keamanan terhadap demonstran yang telah menyerang militer dengan senjata api. Pemerintah Indonesia menolak untuk mengakui kejadian tersebut sebagai pembantaian dan bahkan membatasi akses media asing dan organisasi kemanusiaan ke wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan ketidakadilan terhadap korban dan kesulitan dalam mendapatkan kebenaran dan keadilan.
Namun, dari perspektif korban dan keluarga mereka, Pembantaian Santa Cruz merupakan tindakan kekerasan yang tidak dapat diterima dan harus dikecam oleh seluruh dunia. Kejadian ini juga menjadi bagian dari perjuangan mereka untuk hak asasi manusia dan kemerdekaan dari Indonesia.
Kesimpulan
Pembantaian Santa Cruz adalah tragedi besar dalam sejarah Timor Timur. Kejadian ini menunjukkan betapa kejamnya militer Indonesia dalam menindas penduduk Timor Timur yang berjuang untuk hak asasi manusia dan kemerdekaan mereka. Meskipun telah berlalu lebih dari 30 tahun, kejadian ini masih meninggalkan bekas luka dalam masyarakat Timor Timur dan menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya hak asasi manusia dan perdamaian di seluruh dunia.
Sumber Rujukan:
Jardine, Matthew. East Timor: Genocide in Paradise. Monroe, ME: Odonian Press, 1999. ISBN 1-878825-22-4.
Krieger, Heike, ed. East Timor and the International Community: Basic Documents. Melbourne: Cambridge University Press, 1997. ISBN 0-521-58134-6.