Dalam melakukan budidaya tanaman, banyak sistem atau cara yang dapat digunakan untuk menanam. Di dalam sektor pertanian sistem budidaya dapat bermacam -- macam dengan keunggulannya masing -- masing. Sistem budidaya yang secara konvesional digunakan adalah menanam menggunakan bedengan untuk menanam.
Sistem budidaya modern yang sedang naik daun akhir -- akhir ini adalah sistem budidaya secara hidroponik. Keunggulan dari sistem ini adalah tidak memerlukan media tanah untuk melakukan budidaya melainkan medianya diganti menggunakan rockwool atau cocopiet. Nutrisi untuk tanaman juga teratur sehingga tanaman tidak akan kekurangan nutrisi. Sistem hidroponik itu juga dapat dibagi menjadi beberapa sistem yaitu aquaponik, aeroponik dan hidropnik itu sendiri. Setiap sistem memiliki kelebihan dan kekurangannya masing -- masing.
Sebelum sistem pertanian modern berkembang, sistem pertanian tradisional sudah ada terlebih dahulu. Setiap negara memiliki teknik budidayanya masing -- masing dengan keunikkannya tersendiri. Bahkan di Indonesia sendiri, setiap wilayah atau setiap daerah memiliki teknik budidaya tradisionalnya sendiri. Seperti di daerah Jawa dengan menggunakan terasering untuk memanfaatkan daerah lereng sebagai lahan pertanian dan di Kalimantan, menggunakan sistem Land Clearing yang membakar lahan untuk mendapatkan tambahan nutrisi pada tanah dan menggemburkan lahan.
Salah satu sistem pertanian/teknik pertanian tradisional yang cukup banyak manfaatnya adalah hugelkultur. Hugelkultur merupakan teknik pertanian yang muncul pertama kali di Jerman. Teknik ini dikenalkan pertama kali oleh Herrman Andra yang terinspirasi dari keanekaragaman hayati di sebuah bukit di belakangan lahan pertanian neneknya. Dalam bahasa Jerman Hugelkultur memiliki arti bukit kultur atau dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan Hill Culture.
Hugelkultur kemudian diambil alih dan dikembangkan oleh seorang advokasi permakultur Sepp Holzer. Dan setelah itu hugelkultur banyak diperkenalkan salah satunya oleh advokasi permakultur juga bernama Paul Wheaton. Secara garis besar permakultur adalah cabang ilmu desain ekologis, teknik ekologis dan desain lingkungan yang mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan dan swadaya berdasarkan ekosistem alam. Sederhananya konsep dari permakultur adalah mencintai alam dengan sistem pertanian yang ramah lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa, teknik hugelkultur adalah teknik yang ramah lingkungan dan merupakan teknik yang mendukung konsep pertanian berkelanjutan.
Hugelkultur merupakan salah satu sistem atau teknik yang tidak memerlukan penggemburan atau melakukan kegiatan mencangkul untuk menggemburkan tanah. Hugelkultur akan membuat media tanam sendiri yang kaya akan nutrisi akibar dari dekomposisi kayu dan bahan organik yang digunakan. Keunggulan dari hugelkultur ini secara garis besar adalah dapat memberikan nutrisi dan air dalam jangka waktu yang lebih lama.
Untuk menerapkan sistem atau teknik hugelkultur, dibutuhkan beberapa bahan seperti kayu, jerami atau rumput, tanah, dan lain sebagainya. Hugelkultur terdiri dari beberapa lapisan yang terbuat atau terisi dari bahan -- bahan tersebut. Bahan -- bahan yang digunakan adalah bahan -- bahan organik yang akan memberikan nutrisi yang baik di dalam media tanam dan baik untuk tanaman. Lapisan dari hugelkultur sendiri bermacam -- macam  tergantung selera penggunanya, biasanya terdapat tujuh lapisan, bahkan terdapat lima atau empat lapisan saja.
Sistem ini akan memanfaatkan banyak sekali bahan organik, dan akan membentuk lapisan hingga membentuk sebuah bukit atau gundukan. Lapisan pertama atau lapisan pondasi biasanya diisi dengan aneka kayu seperti batang kayu yang keras, batang kayu yang sudah lapuk, dahan -- dahan kayu yang besar atau bahan -- bahan kayu lainnya. Pada lapisan ini pastikan kayu yang digunakan sudah mati, karena apabila kayu masih segar, kayu dapat memunculkan tunas dan akhirnya hidup.
Batang kayu yang keras akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terdekomposisi sehingga dapat menjaga pondasi dari hugelkultur lebih lama sedangkan kayu yang lunak akan membentuk sebuah area untuk menyerap air dan menampung air namun lebih cepat terdekomposisi. Dan pastikan juga untuk tidak menggunakan kayu yang dapat menyerap bahan kimia sintetik yang berbahaya bagi tanaman. Disarankan untuk menggunakan kayu yang berasal dari pohon oak, birch, kelapa, jambu dan lain sebagainya yang tidak memiliki getah di batangnya.
Pada lapisan berikutnya, umumnya terdiri dari ranting -- ranting kecil, daun -- daun kering, atau potongan jerami/rumput kering. Lapisan ini akan memberikan lebih banyak kelembaban pada media tanam sehingga menjadi kondisi yang cukup baik untuk akar tanaman. Lapisan ini juga dapat memberikan lubang aerasi di media tanam sehingga udara dapat keluar masuk dengan baik yang pada akhirnya suplai oksigen untuk akar tanaman menjadi terjaga.
Lapisan berikutnya dapat diisi menggunakan bahan organik yang belum terurai dengan sempurna seperti sisa -- sisa makanan atau limbah rumah tangga lainnya. Lapisan ini juga dapat diisi dengan pupuk kandang yang belum terdekomposisi dengan baik. Lapisan ini akan memberikan nutrisi yang baik bagi media tanam dan dengan kondisi hangat yang alami, akan membuat proses dekomposisi menjadi lebih cepat dan efektif.
Pada lapisan paling atas, gundukan atau bukit ini ditutupi dengan tanah atau tanah kompos. Lapisan ini harus cukup tebal agar dekomposisi pada lapisan sebelumnya dapat terjaga. Hal ini juga untuk menghidari akar tanaman yang dapat mencapai lapisan sebelumnya lebih cepat yang dapat membuat akar tanaman menjadi terbakar karena proses dekomposisi tersebut. Lapisan atas ini juga dapat dilapisi kembali dengan rumput kering atau jerami bahkan mulsa daun untuk tetap menjaga kelembaban dari lapisan paling atas ini. Bahkan menambahkan mulsa organik ini akan memberikan dampak seperti tidak membutuhkan banyak tanah dan tidak membutuhkan banyak air.
Apabila ingin membuat lebih dari empat lapisan, dapat mengulangi langkah dari lapisan diatas lapisan pondasi. Hal ini akan membuat lapisan menjadi lebih tebal dan gundukan semakin tinggi. Banyaknya lapisan tergantung dari selera masing -- masing orang, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk lebih dari empat lapisan.
Dengan memanfaatkan teknik hugelkultur, akan memberikan keunggulan yang sangat banyak seperti retensi kelembaban yang baik, meningkatkan kesuburan tanah atau media tanam, tidak memerlukan penggunaan pupuk dan dapat dimanfaatkan dalam skala waktu yang cukup panjang. Namun masih terdapat perdebatan mengenai kekurangan dari hugelkultur ini. Seperti contoh yaitu kemungkinan tanaman akan mengalami kelebihan nutrisi, karena jelas bahan -- bahan yang digunakan dalam pembuatan hugelkultur menggunakan bahan -- bahan organik yang kaya akan nutrisi.
Teknik hugelkultur ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar lagi terhadap tanaman yang merambat seperti mentimun, famili leguminase, melon, semangka, dan labu. Tanaman seperti kentang dan wortel juga akan mendapatkan keuntungan tersendiri juga. Hal ini karena struktur dari hugelkultur dan lapisannya menguntungkan bagi tanaman merambat dan umbi --umbian.
Teknik hugelkultur ini memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri seperti teknik pertanian lainnya. Akan tetapi teknik ini sudah diakui oleh orang -- orang berpengaruh yang berasal dari kalangan permakultur yang melihat bahwa hugelkultur sangat ramah terhadap lingkungan. Bahan -- bahan yang digunakan dalam teknik ini juga tidak begitu mahal bahkan mudah untuk ditemukan. Semoga teknik hugelkultur ini dapat dikembangkan lagi sehingga dapat menyesuaikan dengan kemajuan pertanian modern dan dapat memberikan lebih banyak manfaat di dunia pertanian dan lingkungan.
Pustaka:
https://www.almanac.com/what-hugelkultur-ultimate-raised-bed
https://www.quickcrop.ie/blog/hugelkultur-garden-beds/
https://www.permaculture.co.uk/articles/the-many-benefits-of-hugelkultur/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H