Mohon tunggu...
Nur Halipah
Nur Halipah Mohon Tunggu... Editor - Ordinary girl with extraordinary life

Freelance with Freedom

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Prosais | Relativitas Rasa

19 Desember 2018   19:44 Diperbarui: 19 Desember 2018   21:53 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Piksel akromatik membuat layar hidup hanyalah monokrom. Dua punggung bersandar, menatap pada rona yang berbeda.

Nakhoda berlayar menembus badai, terombang-ambing pada samudra tak bermata angin. Jejak pasrahnya kemudian berlabuh pada dermaga tak kasatmata.

Desau angin menembus titik terdalam penantinya. Terhirup sang pemilik jiwa senyap, kau berkata, "Aku ingin pergi." Jawabanku terhenti di ujung lisan yang membeku, sedangkan kau memilih menuli.

Aku adalah koma pemberi jeda yang terlewatkan saat kau menemukan noktah penghujung. Diam adalah pilihanku, membiarkanmu mengejar cahaya. Jarak kita semakin membentang dalam dimensi ruang dan waktu, mendilatasi hidupku dalam pandanganmu.

Aku sadar ... titik temu adalah khayal tak berakal. Lalu, sisa kisah kita hanyalah kenisbian cinta di dalam kuantum harap. 

Yogyakarta, 19 Desember 2018

Oleh: Nur Halipah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun