Mohon tunggu...
Nur Cholish Majid
Nur Cholish Majid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berkelana sambil belajar

Seorang Musafir Kelana

Selanjutnya

Tutup

Nature

Puasa, Jalan Amalku Mendukung Tercapainya Net-Zero Emissions

24 Oktober 2021   23:06 Diperbarui: 24 Oktober 2021   23:42 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kak, kok sekarang badannya melar? Padahal dulu aku suka sama kakak karena badannya tinggi dan bagus.” Keluh istriku.

Pada awal-awal WFH akibat pandemi virus covid-19, saya memang lebih banyak berdiam diri di rumah. Akibatnya menjadi lebih banyak makan dan ngemil padahal gerakan tubuh sendiri juga kurang karena lebih sering mengerjakan pekerjaan dari atas kasur yang bisa langsung tidur begitu selesai.

Saya berpikir untuk melakukan diet. Namun pola makan ternyata agak susah diubah karena sudah terbiasa makan di jam-jam tertentu dengan menu tertentu. Menguranginya dengan alasan diet ternyata tidak cukup membantu secara mental.

Mengikuti saran dari ibu yang rajin berpuasa sunah akhirnya saya mencoba berpuasa sunah juga. Selain mendisiplinkan diet, juga karena puasa akan mendatangkan pahala, ketika niat sudah terucap maka sungkan rasanya untuk membatalkannya di hadapan Tuhan.

Puasa, tidak hanya puasa wajib di bulan Ramadhan namun ada banyak puasa sunah seperti puasa senin kamis, puasa ayamul bidh (tiga hari setiap pertengahan bulan hijriah dari tanggal 13,14 dan 15) dan puasa Daud (sehari puasa, sehari berbuka).

Saya coba semuanya, meski memang berat pada awalnya, namun ketika sudah terbiasa ternyata puasa membawa banyak hal positif dalam hidup.

Setelah lebih dari 6 bulan berpuasa sunah dan rutin bersepeda/jalan kaki sore, tanggapan dari istri malah membuat kaget. Bukannya senang dengan tubuh saya yang kembali ideal, si istri malah sumringah kerena pengeluaran bulanan lebih hemat dan tabungan meningkat selama berpuasa.

Hikmah Berpuasa

Puasa berarti menahan.

kompas.com
kompas.com

Ketika berpuasa, nafsu mendorong membeli banyak menu makanan untuk berbuka, namun perut tidak akan sanggup menampung makanan di luar kapasitasnya sehingga menimbulkan banyak makanan sisa.

Sewaktu melihat hal itu, ibu menegur dengan mengingatkan bahwa sedari kecil dahulu para ustadz mengajarkan bahwa berpuasa adalah cara orang beriman untuk berempati dan merasakan lapar dan dahaganya orang-orang yang tidak memiliki cukup makanan.

Sehingga bukan berarti bahwa ketika waktu berbuka bisa makan sepuasnya hingga berlebihan dan meninggalkan banyak makanan sisa. Itu sama sekali tidak sesuai dengan semangat berpuasa, terlebih lagi Tuhan sama sekali membenci sikap mubazir dan pemborosan yang ada dalam membuang-buang makanan.

Hal ini ternyata sangat selaras dengan diet energi yang diserukan secara global guna menekan emisi karbon dan mencapai Net-Zero Emissions yang berasal dari sampah makanan dan menjadi salah satu solusi bagi isu ketimpangan yang selama ini menyertai emisi karbon yang lebih banyak diproduksi oleh negera-negara industri dan kaya. Demikianpun halnya dengan orang kaya yang lebih banyak menghasilkan emisi dari pada orang miskin.

Emisi bukan hanya berbicara tentang seberapa banyak emisi yang diproduksi setiap tahunnya. Namun juga seberapa besar, pohon, laut dan tanah dapat menyerap emisi yang dihasilkan oleh manusia, karena kehidupan pada dasarnya pasti akan menghasilkan emisi.

Namun emisi yang terkendali akan diserap kembali oleh laut, pohon dan tanah seperti halnya emisi CO2 dari kegiatan bernapas manusia yang diserap oleh tumbuhan sebagai bagian penting dari proses fotosintesis untuk menghasilkan oksigen.

Yang berbahaya adalah emisi berlebih yang tak terserap oleh laut, tanah dan pepohonan sehingga akhirnya lepas ke atmosfer dan membentuk terjadinya efek rumah kaca yang menyebabkan naiknya suhu di permukaan bumi

Menurut the economist intelligent unit, sayap majalah the Economist, diperkirakan tahun lalu tiap orang Indonesia membuang 300kilogram makanan setiap tahunnya. Padahal selain memerlukan luas lahan sebagai tempat pembuangannya, sampah juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang menyebabkan krisis iklim.

Di Indonesia, pada 2017, jumlah emisi karbon yang dihasilkan dari sampah sebanyak 18,59 juta ton setara CO2. Total emisi yang dilepas dari sampah sisa makanan pada 2000-2019 sebanyak 7% dari emisi tahunan Indonesia.

Dengan berpuasa dan berbuka secukupnya, telah membantu mengurangi emisi akibat sampah makanan.

Kurangi Emisi Akibat Limbah Medis

Puasa yang bernilai ibadah dan termasuk amalan paling utama telah banyak disebutkan oleh para ahli kesehatan memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh orang yang mengerjakannya. Manfaat kesehatan ini juga ternyata sangat membantu bagi kelestarian alam terutama dalam mengurangi emisi limbah medis.

Penelitian pusat kesehatan Amerika Serikat menyebutkan bahwa limbah medis menghasilkan emisi karbon sebanyak 9-10% dari total gas rumah kaca secara nasional. Jejak karbon limbah medis kian bertambah jika ia dibuang secara sembarangan. Selain mencederai lingkungan, limbah medis akan membunuh ekosistem di sekelilingnya seperti yang pernah terjadi di teluk Jakarta.

Dalam skala lebih luas, puasa yang berarti menahan juga berarti menahan diri untuk tidak hidup berlebihan meski memiliki berbagai kelebihan materi.

Studi oleh mahasiswa IPB pada 2017 menemukan penghasilan juga turut berperan dalam produksi emisi. Semakin besar pendapatan per bulan, semakin banyak emisi yang mereka produksi. Dari perbandingan penghasilan per bulan, setiap kenaikan pendapatan Rp 1 juta per bulan menaikkan produksi emisi 1 ton per tahun. Mereka yang penghasilannya lebih dari Rp 5 juta sebulan memproduksi emisi sebanyak 5,3 ton per tahun.

Karena puasa bukan berarti bersantai, bahkan dengan berpuasa saya tidak ingin mengurangi nilai ibadah spesial dengan banyak rebahan, menonton atau bermain gawai saja. Ada ganjalan di dada yang terasa membuat puasa tidak berpaedah apabila dilakukan dengan hanya menahan lapar dan dahaga hingga waktu berbuka. Sehingga kegiatan menunggu buka dilakukan dengan menyelesaikan pekerjaan, membaca buku, berolahraga atau kegiatan yang bernilai ibadah lainnya.

Efeknya keinginan untuk berbelanja yang berlebihan juga berkurang. Mulai dari pudarnya intensitas membuka aplikasi marketplace kecuali ketika ada barang yang benar-benar dibutuhkan. Hal yang tentu membuat istri senang karena dia dari awal adalah orang yang sangat hemat dan perhitungan terhadap uang belanja.

Karena kebiasaan menahan diri selama puasa, keinginan untuk berfoya-foya dan melakukan kegiatan hidup yang berlebihan menjadi terkurangi. Tidur tidak pernah lebih dari jam 10 malam bahkan tak jarang jam 9 malam. Membuat lampu-lampu dipadamkan lebih awal.

Ini sesuai dengan skenario degrowth yang bertujuan untuk mendorong diet energi orang-orang kaya. Karena dengan berpuasa bertujuan untuk hidup prihatin dan mengurangi berfoya-foya yang tentunya menggunakan energi lebih banyak dan menyebabkan emisi semakin meningkat.

Skema degrowth pada dasarnya mengurangi produksi dan konsumsi sekaligus. Dalam skenario degrowth2050, rata-rata konsumsi energi perkapita penduduk bumi bagian utara dan selatan mesti sama sebanyak 30 gigajoule pertahun.

Saat ini ada ketimpangan pemakaian energi di negara utara yang kaya dan maju dengan penduduk negara di selatan yang miskin dan berkembang. Data tahun 2017 menunjukkan konsumsi energi per kapita penduduk kaya sebanyak 119 gigajoule per tahun sementara penduduk negara berkembang hanya 35 gigajoule per tahun.

Puasa Bukan Hanya Milik Umat Islam

forestdigest.com
forestdigest.com

Puasa adalah ibadah untuk Tuhan sekaligus cara memakmurkan bumi. Bagaimana seandainya ibadah puasa ini dilaksanakan oleh dua milyar umat islam di dunia

Bahkan ajaran ibadah puasa tidak hanya ada di dalam Islam. Agama lainnya seperti Katolik, Hindu dan Budha pun mengenal ibadah puasa. Bagaimana jika semua umat beragama konsisten dan benar-benar menjalankan ibadah puasa seperti yang diperintahkan Tuhan?

Tentu hasilnya akan dahsyat sekali. Dengan begitu semua agama bersatu menjaga alam dengan ibadahnya. Bukan tidak mungkin emisi akan terkendali dan Net-Zero emission akan tercapai lebih cepat.

Begitu banyak manfaat dari satu ibadah puasa yang dilaksanakan secara teratur dan benar. Selain memberikan manfaat bagi diri sendiri juga bagi alam. Sehingga tugas manusia untuk beribadah (QS.Adz Dzariyat: 56) sekaligus melestarikan alam (Q.S. Hud: 61) sebagaimana yang diperintahkan oleh Tuhan dapat dilaksanakan sekaligus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun