Mohon tunggu...
Holidin Theseries
Holidin Theseries Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - https://holidincom.blogspot.com

Google: Holidincom

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Sengketa Pilpres

17 April 2024   10:22 Diperbarui: 17 April 2024   10:24 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di panggung debat, para kandidat berdansa,
Mengelilingi kursi presiden, musiknya tanpa nada.
Kata-kata terbang liar, seperti burung tanpa sayap,
Janji-janji mengudara, diikuti tawa yang renyah.

Di sudut ruangan, hakim bermain sulap,
Mengubah suara menjadi kelinci, proses menjadi topi.
Pemilu seperti sirkus, penuh warna dan mimpi,
Dimana logika bersembunyi, dan absurditas memimpin.

Kertas suara berbicara, menggumamkan puisi,
Tentang demokrasi yang hilang, dalam labirin fantasi.
Sengketa pilpres, oh betapa anehnya kau ini,
Sebuah teka-teki, yang jawabannya selalu menggelitik.

Ketuk palu bergema, tapi bukan di pengadilan,
Melainkan di dapur, dimana kue keputusan dipanggang.
Kandidat berlomba, bukan dengan visi atau misi,
Tapi dengan siapa yang paling mahir, dalam acara masak ini.

Oh sengketa pilpres, kau layaknya dongeng,
Dimana kura-kura dan kelinci, bersaing dalam lari.
Tapi di akhir cerita, semua hanya tertawa,
Karena di negeri absurd ini, semua orang adalah pemenang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun