Mohon tunggu...
cholid baidaie
cholid baidaie Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Menulis untuk menghidupkan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Orang Narsistik Lebih Mudah Tergoda Percaya pada Teori Konspirasi?

24 Februari 2023   23:50 Diperbarui: 24 Februari 2023   23:47 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Munculnya teori konspirasi juga menjadi sorotan para ahli. Menurut peneliti dari Anthony Lantian, Karen M. Douglas, dan kawan-kawan, orang-orang mulai banyak percaya pada teori konspirasi sejak peristiwa penyerangan surat kabar Charlie Hebdo di Prancis tahun 2015 dan tsunami di Jepang pada tahun 2006. Charlie Hebdo yang kerap menyerang Mossad dianggap sedang menyudutkan umat Islam, sedangkan bencana tsunami Jepang dan gempa di Turki dipercaya sebagai hasil serangan Amerika.

Dalam penelitian berjudul "I Know Things They Don't Know!": The Role of Need for Uniqueness in Belief in Conspiracy Theories (2017), Douglas, dkk menemukan fakta menarik. Dari penelitian yang dilakukan kepada 200 orang penduduk Prancis, mereka menemukan bahwa orang-orang yang ingin terlihat unik cenderung lebih mempercayai konspirasi.Sungguh menarik, bukan?

Bukti-bukti dari penelitian ini membuktikan bahwa mempercayai konspirasi adalah cara untuk memuaskan hasrat orang untuk terlihat unik. Teori konspirasi terlihat lebih menarik bagi mereka yang ingin tampil beda atau merasa perlu untuk berbeda di mata orang lain, begitu kata Douglas dan kawan-kawan dalam penelitiannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, teori konspirasi yang awalnya hanya dianggap sebagai lelucon mulai memiliki dampak yang serius, mulai dari apatis dalam politik hingga anti-vaksin. Cameron S. Kay, seorang peneliti dari Universitas Oregon, menjelaskan bagaimana jenis narsisme juga berperan dalam kepercayaan pada teori konspirasi.

Kay membagi narsisme menjadi dua jenis: grandiose narcissism dan vulnerable narcissism. Hasil penelitian pada 857 orang menunjukkan bahwa orang-orang yang cenderung sangat narsistik, baik dari jenis mana pun, cenderung percaya pada teori konspirasi. Grandiose narcissism berargumen bahwa teori konspirasi bisa memenuhi hasrat tentang keunikan mereka; sedangkan vulnerable narcissism merasa terhubung dengan teori konspirasi karena terkadang membantu menjawab paranoia mereka terhadap beberapa hal.

"Penemuan terbaru mengindikasikan bahwa orang-orang yang rentan terhadap hal delusional cenderung percaya pada teori konspirasi, tak peduli jenis narsisme yang mereka miliki," catat Kay.

Tom Nichols, mantan profesor dari U.S Naval War College, dalam bukunya The Death of Expertise (2017) memperingatkan tentang bahaya konspirasi yang melebihi hukum parsimony. Hukum parsimony mengatakan bahwa penjelasan paling sederhana adalah yang terbaik, namun konspirasi seringkali mengabaikannya.

Nichols memberi contoh: Anda mendengar suara keras dari ruangan sebelah, lalu ketika Anda masuk, Anda melihat seorang pria meringis kesakitan sambil memegang kakinya dan botol bir pecah di sekitarnya. Asumsi paling masuk akal adalah pria tersebut menjatuhkan kotak bir dan pecah, lalu menginjak pecahannya. Namun, ada banyak kemungkinan lain yang bisa terjadi.

Masalahnya, orang-orang seperti @DokterTifa dan Nick Begich Jr. seringkali memilih asumsi yang paling aneh sebagai penjelasan untuk suatu peristiwa. Hal ini membuat mereka terlihat "unik" dibanding orang lain, meskipun kebenaran dari teori konspirasi tersebut dapat sangat meragukan atau bahkan salah sama sekali. Akhirnya, orang yang mengikuti konspirasi ini hanya terjebak dalam kebohongan dan tidak pernah mengetahui kebenaran yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun