"Sapa bilang hidup harus fair, hidup tergantung kepentingan, kalau kepentingan terganggu nah baru deh gerak, gitu Jaka, paham?" tanya Hoja.
"Kagak paham Hoja, mana bisa gitu, gak adil dong, asal kepentingannya keganggu demo, aksi, maksa, nah kalo ga ada kepentinggannya diem aja, fatwa ya fatwa, semua fatwa harus dikawal, masak ngawal yang mereka mau aja sih Hoja?" tanya Jaka.
"Jangan tanya aku Jaka, tanya mereka, mereka itupun kalau mau mereka jawab, he .. he .. he ...," Hoja meledek Jaka.
"Jadi gak nih jualan terompet, ayo aku anter mborong terompet," tanya Hoja.
"Ya jadilah, aku cuma usaha, ikhtiar cari rejeki, jaman sekarang susah cari rejeki, masak jualan terompet aja jadi masalah?" jawab Jaka.
"Gak takut disweeping atau disosialisasi Jaka," tanya Hoja.
"Gak lah, nanti aku akan suruh mereka mborong terompetku, mereka wajib beli, melarang gak ngaruh sama aku, emangnya mereka yag kasih makan aku dan keluargaku?" jawab Hoja mantap.
"Kalau maunya merampas dan tidak mau membeli?" tanya Hoja.
"Ya lapor polisi lah, enak aja melarang dan merampas, apa hak mereka?" jawab Jaka.
"Cakep Jaka, aku dukung kamu jualan terompet, kan nanti yang dagang bukan cuma kamu aja, ajak mereka kompak lawan gerombolan sosialisasi itu, mantep," ujar Hoja.
"Yuk ah berangkat, mumpung belum sore," ajak Jaka.