Jangan tanyakan kepada Tuhanmu apa yang sesungguhnya tidak sanggup engkau dengar. Tidak usah kau tempuh jalan ini karena memang bukan jalanmu.
_________________________
Tengah malam pintu rumah Hoja diketuk keras oleh Jaka. Duk.... duk .... duk, "Hoja, buka pintu!" teriak Jaka sambil terus mengetuk rumah Hoja.
"Ada apa Jaka, heboh banget tengah malam, menggangu tidurku aja," ujar Hoja sambil membuka pintu.
"Wak Oding Hoja, Wak Oding, ayo kita kerumah Wak Oding sekarang, Â gawat Hoja, gawattttt!" ucap Jaka serius sekali.
"Kenapa dengan Wak Oding Jaka, cerita dulu, aku gak paham kenapa aku harus ke rumah Wak Oding tengah malam begini? tanya Hoja.
"Wak Oding kemasukan setan, Hoja, dia ngamuk-ngamuk di rumahnya, keluarganya ketakutan, nah setan ini cari-cari kamu!" kata Jaka.
"Lho kok cari aku, apa urusannya, kan yang kemasukan setan Wak Oding, kenapa pula aku yang dicari, kenapa tidak cari uztad, atau orang pintar, atau dukun, kan mereka yang ahlinya urusan kemasukan setan, masak aku yang urus soal begituan?" ujar Hoja.
"Sudahlah Hoja, tolonglah Wak Oding, sedang ada masalah dia, mungkin kamu bisa menolongnya, ayo kita berangkat," ajak Jaka.
Dengan malas-malasan,Hoja terpaksa berangkat ke rumah wak Oding. Memang sepulang umrah, perilaku wak Oding agak aneh menurut warga desa, pakai daster, eh baju gamis, pakai surban, keliling desa, dan menyapa semua warga desa yang ditemuinya, warga menganggap ada yang aneh dengan Wak Oding, namun demi silaturahmi, sikap Wak Oding diterima warga sebagai sesuatu yang biasa.
Sesampainya di rumah Wak Oding, suasana rumah ramai, tidak biasa warga melihat orang yang kesurupan, sehingga kejadian begini lebih mirip sebagai tontonan, warga malah mengerubung rumah wak Oding.
Hoja dan Jaka masuk ke rumah, diajak ke kamar Wak  Oding, disana terlihat Wak Oding mendengus-dengus dengan mata melotot, tangan dengan posisi hendak mencakar, duduk diatas kasur rumah, keluarga wak Oding ketakutan, ada yang baca-baca, namun setan di tubuh wak Oding tetap saja betah.
Demi alasan mengobati wak Oding, Hoja hanya mau ditemani Jaka dalam menyembuhkan wak Oding, yang lain diminta keluar kamar.
"Hai, siapa kamu, kenapa kamu ada di tubuh saudara seiman saya ini?" Tanya Hoja kepada makhluk yang bersemayam di tubuh wak Oding.
"Hoja sahabatku, apa kabar, maaf sudah menggangumu tengah malam!" Jawab makhluk itu.
"Oh rupanya engkau hai Iblis, kenapa pula engkau ada di tubuh wak Oding, cepatlah keluar, aku ngantuk, aku mau tidur, sudah jangan ganggu dia lagi," ujar Hoja.
"Orang ini payah Hoja, ingin jadi orang suci, sok bicara kebaikan, berbaju daster eh gamis, Â bersurban, padahal niatnya hanya ingin dipuji, maka aku godalah dia," jawab Iblis.
"Aku gemar menggoda orang-orang yang niat dan perilakunya berbeda, padahal yang diinginkan cuma kekuasaan dan uang," lanjut Iblis.
"Kau sudah menyampaikan pendapatmu, kau sudah menggoda dia, sekarang cepatlah keluar dari tubuhnya, aku enggan berdebat soal niat dan laku, soal kekuasaan dan uang, itu urusan dia sajalah," ujar Hoja.
"Kau ini benar-benar gak asik Hoja, bukan kah kau juga yang menyarankan dia berperilaku semacam ini?" tanya Iblis.
"Betul, saranku padanya adalah demi kebaikannya, soal niatnya yang berbeda dengan lakunya itu urusan dia dan Tuhannya, urusanku terbatas memberi saran!" Jawab Hoja.
"Ya sudah aku pergi, sampai ketemu lagi Hoja, senang bertemu denganmu," ujar Iblis.
"Aku yang tidak senang bertemu denganmu, sudah pergi sana, Hush ..... hush .... hush .......!" Seru Hoja.
Dan wak Odingpun siuman, badannya lemas, Hoja dan Jaka membantu wak Oding untuk istirahat. "Jaka, soal pembicaraan tadi, yang kau dengar, hanya kau dan aku saja yang tau, awas kalau sampai terdengar warga lainnya," ujar Hoja. Jakapun mengangguk.
Namun setelah peristiwa itu Hoja mendapat julukan baru di desanya, dukun pengusir setan, sebutan yang membuat Hoja risih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H