Mohon tunggu...
Pencari Kebenaran Agama
Pencari Kebenaran Agama Mohon Tunggu... -

saya menyukai paham zionis ttapi bukan berarti saya zionis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Debat Kusir Edsanto, Arab Kere dan Pembela Zionis

18 Juni 2012   07:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdiri si pembela zionis yang telanjang di bawah tiang bendera yang benderanya lusuh dimakan usia: Merah telah agak pudar, putihnya telah agak menguning.

"Hai loe TKI sialan.Celoteh Si pembela Zionis yang telanjang dengan nada sinis, masih di bawah tiang bendera.

Tak berapa lama yang di ajak bicara muncul dia adalah Edsantol si TKI yang usianya sudah hampir senja. Lalu berdiri menantang ke arah si Pembela zionis yang telanjang.

"Hei bedebah kecil, apa sebab kau katakan aku keji?". Tanya seorang si Edsantol kepada si pembela zionis

"Pikirlah, kurang keji apa anda rupanya? Mengajarkan bangsa ini bagaimana membenci dan mengajar perang dengan bangsa yang tidak pernah menggangu bangsa ini (Israel) . dan segala kebusukan moral telah kau perlihatkan kepada bangsa ini. Lihat bangsa ini di hina-hina bangsa malasya dengan megklaim budaya bangsa ini menjadi budaya mereka (Malaysia). Dan TKW disiksa,diperkosa dan di hukum gantung di Arab Saudi. Apa lagi kalau tak keji namanya !?". apa kau siap jd relawan untuk melawan malasya dan membela TKW di Arab Saudi?. Jangan hanya siap mati untuk palestina. Jelas si Pembela Zionis

Si Edsantol TKI terdiam, terlihat berfikir keras. Matanya sayu menunduk ke bumi.

"Bukan aku yang keji, kau yang keji. Ucap si Edsantol yang tak tahu ngomong apalagi.

Seketika keduanya beradu pandang. Mata si Pembela Zionis nyalang memendam amarah, tubuhnya atletis; dadanya bidang; tangan dan pahanya berotot, rahangnya tegas dan keras, warna kulitnya sawo matang khas Malaya, rambutnya ikal khas suku negroid, giginya putih berjejer rapi, alis matanya tebal. Pemuda kharismatik pujaan wanita, dan dia dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benang pun meliuk di bagian tubuhnya. Dia dipanggil Si Pembela Zionis karena dia memuja-muja Israel.Dia pemuda yang cerdas harapan bangsa, cara berfikirnya wajar dan dia sangat waras. Hanya saja dia memilih telanjang bulat di depan umum. Tak tahu mengapa. Mungkin hanya memunculkan identitas diri atau mungkin hanya mencari eksistensi atau terlalu berfikir radikal seperti ahli filasafat yang tak pernah menikah di zaman Yunani kuno dahulu. Entahlah!

Semua tertahan dan menahan, hanya debu-debu yang terus bermain-main dengan angin. Matahari tepat di atas kepala. Keduanya berkeringat, tapi tak peduli. Keduanya masih memancarkan ketegangan yang belum akan usai. Masih mencari pembenaran, bukan kebenaran. Debat kusir yang menjemukan.

Dari sebelah kiri Si Edsantol, datang seorang kakek tua.Dari gurat wajahnya tergambar kegelisahan, rasa takut atau tepatnya rasa bersalah. Senyum yang setengah dipaksakan meluncur dari bibirnya yang. sehingga terlihat pucat. Dia adalah ARAB KERE.Kedua orang yang bersitegang tadi dalam hitungan detik beralih ke sosok kakek tua yang baru saja datang.

"Saya" katanya lirih.

"Sayalah yang bertanggung jawab atas semua ini, Karena di lapak saya awal dari pertikaian kalian,Secara tidak langsung sayalah yang membuat kalian bertikai. Manusia-manusia yang kemudian mengelola negeri ini. Hukumlah saya!". Kata ARAB KERE sambil terisak menahan airmatanya.

"Bukan engkau BARAB KERE, sebab engkau begitu mulia. Jangan tanggung dosa yang tak pernah kakek perbuat. Si Edsantol TKI keji inilah yang bertanggung jawab atas semuanya. Tak pernah memberikan keteladanan bagi kami pemuda!" Si Pembela Zionis mencoba menenangkan si kakek Arab Kere yang baru beberapa detik saja dikenalnya itu.

"Dasar bedebah kecil kurang ajar! Masih saja kau salahkan aku. Lihatlah dirimu! Begitu hina, dan tak pantas kau berbicara kepadaku. Aku orang terhormat!. Kau Arab kere yang sudah tua! Tahu apa kau tentang masalah ini. Hardik si EDSANTOL.

Tangis si kakek ARAB KERE meledak tak terbendung lagi. Si Pembela Zinos terpaku cemas, sedangkan si EDSANTOL kebingungan. Seketika hati keduanya menjadi cair, luluh oleh airmata seorang kakek tua (ARAB KERE). Tak ada lagi ketegangan, masalah kemudian tertuju pada kakek tua yang terus menangis terisak.

Awan kemudian bersikap baik, meneduhkan cuaca dengan menutupi sinar matahari yang begitu garang. Untuk sementara keadaan menjadi teduh. Kesempatan ini digunakan oleh kedua lelaki itu menyeka butiran keringat di wajah mereka, serta sedikit mengendurkan urat-urat syaraf yang telah lama menegang.

"Kita sama. Makhluk yang memiliki akal dan pikiran. Walau terkadang perasaan lebih banyak menguasai akal dan pikiranku. Aku punya hak! Untuk berbicara, membela, tertawa, menangis, menceramahi, melindungi dan memutuskan suatu perkara!" rentetan kata itu keluar dari kakek ARAB KERE.
Kedua lelaki itu sedikit terkejut. Kakek ARAB KERE memandangi keduanya dengan tatapan penuh dendam, penuh amarah yang ingin segera ditumpahkan. Dia merasa direndahkan.

"Tuhan. Tuhanlah yang harus dipersalahkan atas kejadian ini semua." Kata sosok yang berada di belakang ARAB KERE tiba-tiba.

Awan telah lewat, kembali sinar matahari menghujani sekujur tubuh mereka dengan ketajaman sinar yang meyengat. Angin yang berhembus kencang justru membuat cuaca semakin panas. Bendera itu masih berkibar. Debu pasir hilir-mudik; nempel di sekujur tubuh si Pembela Zionis yang telanjang dan terselip pada jubah sosok yang berada di belakang kakek ARAB KERE.

Misterius. Suaranya berat. Tubuhnya tegap, tinggi besar. Wajahnya tertutup cadar hitam. Begitu juga tubuhnya yang tertutup kain serba hitam Hanya matanya yang terbelalak dengan sedikit guratan-guratan merah.

"Karena Tuhanlah yang menakdirkan ini semua terjadi. Semua terjadi atas kehendakNya. Karena Dia Maha Kuasa," kata sosok itu lagi.

"Tuhan?" kata ketiganya hampir bersamaan dengan suara yang lirih.

"Tak mungkin Tuhan, sebab Dia Maha Pemurah, tak mungkin Dia setega itu mempermainkan kita sebegini menderitanya. Tuhan telah megaruniakan kekayaan alam yang melimpah, kita pun diberi akal dan pikiran untuk mengelolanya. Sebab kita adalah makhluk yang manyalahi aturan, karenanya negara ini menjadi seperti ini". Si Pembela Zionis tak setuju dengan Sosok Misterius.

"Dialah yang harus dimintai pertanggungjawaban. Aku ditakdirkan seperti ini, kau ditakdirkan seperti itu. Semua telah diatur dalam suratan takdir. Manusia diciptakan Tuhan dan Tuhanlah yang kemudian mengendalikan kita dengan kekuasaanNya yang tak terbatas. Sepatutnya kita tak saling menyalahkan". Kata si EDSANTOL berada dipihak sosok misterius.

"Terlalu naïf cara berfikir kalian, Tuhan memang menciptakan kita. Kita dibekali akal, pikiran dan ajaran-ajaran yang terkumpul dalam kitab-kitab suci. Itulah pedoman dan petunjuk kita untuk menentukan mana yang salah dan mana yang benar". kata Kakak ARAB KERE berada di belakang si pembela zionis

Keempatnya mendadak menjadi sekumpulan orang yang sangat ahli berfilsafat.

Matahari mulai menyusuri jalan untuk tenggelam. Keempatnya masih terus berdebat. Mencari siapa, apa, mengapa dan bagaimana yang salah. Bukan mencari siapa, apa, mengapa dan bagaimana seharusnya.

Sang bendera yang lusuh: Merah telah pudar, putihnya telah menguning. Masih terus berkibar.

Keadaan semakin kacau, sedang mereka - yang mengaku mewakili kaumnya semakin larut dalam debat kusir, menjemukan!.

Di ujung tiang, sang bendera masih terus berkibar; merahnya semakin pudar, putihnya semakin menguning dan semakin lusuh. Siapa peduli!?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun