Mohon tunggu...
Husni Fatahillah Siregar
Husni Fatahillah Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Corporate Communication - Tennis Addict

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Diplomasi ala Pendamping Diplomat: Bukan Sekadar di Belakang Layar

7 Desember 2021   11:45 Diperbarui: 7 Desember 2021   18:52 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diplomat | DSumber: Pexels/August de Richelieu

Beberapa waktu lalu saya menulis tentang serba-serbi sebagai suami diplomat. Bagi Anda yang belum membaca, bisa dibaca disini. 

Jika pada tulisan tersebut saya membahas dari sudut pandang suami, pada tulisan kali ini saya ingin berbagi informasi dari sudut pandang sebagai pendamping diplomat. 

Dari tulisan saya tentang serba-serbi suami diplomat, ada beberapa pertanyaan yang masuk, kalau pendamping diplomat itu saat mendampingi suami/istri bertugas, apakah bisa terlibat dalam kegiatan diplomasi?

Jawabannya, tentu bisa. Karena diplomasi bukan hanya milik para diplomat, namun juga milik anggota keluarga diplomat khususnya para pendamping yang diharapkan mampu berperan aktif tidak hanya dibelakang layar tapi juga didepan publik. 

Peran aktif dan kontribusi ini diimplementasikan oleh pendamping diplomat saat mendampingi sang suami/istri bertugas di Perwakilan yang tersebar di berbagai belahan dunia. 

Para pendamping diplomat diharapkan dapat berperan dan memberikan kontribusi, tidak hanya bagi kesuksesan karir suami/istri saja, namun juga berperan dan berkontribusi dalam kegiatan diplomasi.

Jika para pendamping bisa terlibat dalam kegiatan diplomasi, lalu peran diplomasi apa yang dapat dilakukan? Karena ketika bicara diplomasi yang dibayangkan banyak orang adalah soal perundingan internasional, kerja sama bilateral, perlindungan WNI di luar negeri dan hal teknis lainnya, yang tentunya merupakan ranah para diplomat. 

Nah, para pendamping diplomat dapat berperan dan berkontribusi melalui diplomasi seni dan budaya yang bersentuhan langsung dengan masyarakat atau people-to-people contact.

Sejatinya diplomasi bukan melulu tentang perundingan antar negara, namun melalui kegiatan seni dan budaya bisa menjadi kekuatan bagi sebuah negara untuk melakukan diplomasi. Karena seni dan budaya akan bersentuhan langsung dengan masyarakat. 

Era keterbukaan informasi yang sedemikian cepat, membuat konteks hubungan internasional tidak lagi sebatas hubungan antar pemerintah saja, namun juga meliputi hubungan antar masyarakat dua negara.

Tidak bisa dipungkiri seni dan budaya menjadi instrumen diplomasi yang memberikan pengaruh cukup kuat kepada siapa pun yang menyaksikannya. 

Tengok saja bagaimana K-Pop bisa mengglobal hingga kemudian menjadi salah satu instrumen diplomasi yang dioptimalkan oleh pemerintah Korea Selatan untuk memperkenalkan negaranya ke penjuru dunia. 

Kekuatan diplomasi melalui seni dan budaya dapat memberikan pengaruh yang bertahan lama. Karena diplomasi seni dan budaya bertujuan untuk menarik hati dan menumbuhkan kesan mendalam bagi masyarakat asing. 

Kesan inilah yang diharapkan membekas hingga berwujud pada aksi untuk mencari tahu dan lebih mengenal tentang Indonesia. 

Indonesia sebagai negara yang kaya akan seni dan budaya tradisional telah menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional sebagai bagian dari kegiatan diplomasi.

Pada tataran inilah para pendamping dapat berperan aktif dan berkontribusi dalam kegiatan diplomasi. Contoh paling sederhana dan dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari adalah selalu mengenakan batik saat melakukan suatu kegiatan dan bertemu dengan masyarakat lokal. 

Batik sebagai identitas dan kebanggaan Indonesia tentunya diharapkan semakin dikenal luas di tingkat internasional. Dan para pendamping diplomat dapat mengoptimalkan berbagai kegiatan yang diikuti yang bersentuhan langsung dengan masyarakat lokal ataupun masyakarat internasional untuk memperkenalkan batik.

Itu saja? Tentu tidak. Berdasarkan pengalaman saya sebagai pendamping diplomat, secara umum kegiatan diplomasi yang dapat dilakukan para pendamping antara lain:

Bergabung dalam Diplomatic Spouse Association 

Para pendamping diplomat dapat membangun dan membina jejaring melalui keikutsertaan dalam Diplomatic Spouse Association (DSA), yaitu organisasi yang menaungi para pendamping diplomat dari berbagai negara (kedutaan). 

Penampilan Tim Arumba KBRI Praha yang terdiri dari Staf KBRI dan Pendamping (Dok. KBRI Praha)
Penampilan Tim Arumba KBRI Praha yang terdiri dari Staf KBRI dan Pendamping (Dok. KBRI Praha)

DSA umumnya memiliki program kerja yang dapat memberikan kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi tidak hanya dengan masyarakat lokal namun juga tokoh publik dan berpengaruh, sehingga keanggotaan di DSA ini dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk lebih memperkenalkan dan mempromosikan Indonesia. 

Para pendamping tentunya dapat berkoordinasi dan bersinergi dengan KBRI terkait program atau kegiatan yang dapat dilakukan guna mengoptimalkan keanggotannya di DSA.

Menjadi Duta Budaya

Para pendamping diplomat bisa ikut mengambil peran dan mendukung setiap kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakan oleh KBRI. 

Misalnya di setiap KBRI umumnya memiliki koleksi alat musik tradisional seperti angklung dan gamelan, serta memiliki grup penampil. 

Nah, para pendamping dapat memainkan peran diplomasi sebagai salah satu penampil diberbagai pertunjukan seni dan budaya yang tentunya melibatkan masyarakat lokal. 

Kesempatan bertemu dan berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal menjadi media untuk memperkenalkan Indonesia. 

Tentunya tidak terbatas dengan menjadi penampil saja, karena KBRI pasti memiliki beragam kegiatan seni dan budaya untuk lebih menggaungkan Indonesia yang dapat dioptimalkan oleh para pendamping untuk ambil bagian dalam diplomasi seni dan budaya. 

Diplomasi Kuliner

Pendamping diplomat khususnya para istri yang tergabung dalam organisasi Dharma Wanita Persatuan di KBRI, menjadikan kuliner sebagai media utama dalam kegiatan diplomasi. 

Ibarat pepatah lama mengatakan cinta berawal dari perut naik ke hati, maka melalui sajian hidangan khas Indonesia yang otentik dan lezat diharapkan dapat menumbuhkan keingintahuan masyarakat lokal akan Indonesia hingga akhirnya jatuh cinta dengan Indonesia. 

Seperti halnya batik, diplomasi kuliner dapat dilakukan tidak terbatas pada acara KBRI saja, namun juga bisa dilakukan dalam keseharian. Misalnya dengan mengundang mitra kerja suami/istri ke rumah dan menyajikan hidangan khas Indonesia.

Menjadi Pengajar Bahasa Indonesia

Di beberapa KBRI, rutin menyelenggarakan kegiatan kursus bahasa Indonesia untuk warga negara asing. Para pendamping yang memiliki latar belakang ilmu pendidikan atau linguistik tentu bisa mendukung KBRI dengan menjadi pengajar. 

Kesempatan bertemu dengan para peminat dan pecinta bahasa Indonesia dapat dijadikan sebagai media untuk memperkenalkan Indonesia melalui bahasa.

Beragam kegiatan diplomasi yang dilakukan para pendamping tentunya atas koordinasi dan kerjasama dengan KBRI yang menempatkan pendamping sebagai mitra strategis guna mendukung KBRI dalam membangun hubungan dengan para pemangku kepentingan.

Menjalani peran sebagai pendamping diplomat tentu bukan hal yang mudah. Terlebih ketika sudah terbiasa dengan rutinitas bekerja namun sebagai pendamping diplomat dihadapkan pada situasi tidak diperbolehkan untuk bekerja di negara akreditasi, maka kontribusi dan peran aktif pendamping dalam kegiatan diplomasi khususnya seni dan budaya dapat menjadi media bagi para pendamping untuk tidak hanya sekedar berperan dibalik layar namun juga didepan publik.

Peran aktif yang dilakukan para pendamping diplomat tentunya akan memberikan pelajaran dan pengalaman berharga, bagaimana sebagai seorang pendamping tetap dapat mengembangkan kompetensi dirinya dan memberi manfaat bagi orang lain, khususnya bagi bangsa dan negara.  

Salam dari Praha!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun