Mohon tunggu...
Husni Fatahillah Siregar
Husni Fatahillah Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Corporate Communication - Tennis Addict

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pintu Surga Itu Berada di Lauterbrunnen

8 Januari 2021   18:01 Diperbarui: 8 Januari 2021   18:10 2556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
​Lauterbrunnen (Foto Dok. Pribadi)


Jika ada suatu tempat di dunia ini yang menggambarkan 'pintu menuju surga', menurut saya tempat itu ada di Lauterbrunnen, Swiss. Saya percaya banyak tempat yang menyuguhkan keindahan alam, apalagi di Indonesia yang begitu kaya akan wisata alamnya. Namun, ketika Tuhan mengijinkan saya untuk dapat menginjakkan kaki di Lauterbrunnen, seketika saya langsung merasa takjub akan kebesaran Tuhan dalam menciptakan Lauterbrunnen, seolah Tuhan sedang tersenyum kala itu dan berkata inilah 'pintu menuju surga'.

Jika Anda adalah orang yang religius, sejauh mata memandang Anda akan menyaksikan kebesaran Tuhan yang pastinya akan meningkatkan dan mengokohkan ketakwaan Anda pada Tuhan. Jika Anda seorang yang puitis, Lauterbrunnen merupakan tempat yang akan memberikan Anda banyak inspirasi dan cerita untuk dibagikan. Dan yang paling utama tentunya bagi Anda penggila fotografi dan pemburu objek-objek yang instagramable, Lauterbrunnen seolah menyajikan hamparan objek foto yang tidak akan habis. Semua titik di Lauterbrunnen adalah objek foto yang sangat menarik.

Perjalanan saya ke Lauterbrunnen terjadi beberapa waktu lalu sebelum semua negara-negara Eropa menutup perbatasannya akibat pandemi covid-19. Saya yang saat ini bermukim di Ceko, memilih untuk menggunakan jalur darat dengan menyewa mobil menuju Swiss. Perjalanan dilakukan di penghujung musim panas, namun saat itu Swiss digelayuti awan mendung hingga hujan dengan intensitas cukup deras. Beruntungnya saya, seolah Tuhan membuka jalan untuk menikmati Lauterbrunnen, ketika saya menginjakkan kaki di Lauterbrunen diberikan udara yang cerah dengan sinar matahari yang hangat.

Lauterbrunnen merupakan sebuah desa kecil di lembah Lauterbrunnen yang masuk dalam wilayah kota tua Bern dan berjarak sekitar 70 kilometer dari Bern ibukota Swiss. Lauterbrunnen terletak di puncak Jungfrau yang merupakan nama salah satu puncak tertinggi di pegunungan Alpen. Karena keindahannya Lauterbrunnen dinobatkan sebagai desa terindah di Eropa, dan pada tahun 2001 Lauterbrunnen dan kawasan sekitarnya masuk dalam daftar salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO.

Walaupun ketika mengunjungi Lauterbrunnen masih dalam musim panas, namun keindahan dan kecantikan Lauterbrunen seolah tak mengenal musim. Hembusan angin yang melintasi pegunungan memberikan kesejukan yang membawa rasa damai sembari menikmati hamparan rerumputan yang hijau. Hijaunya rerumputan berpadu dengan kokohnya pegunungan seolah bercumbu dengan birunya awan dan sinar matahari yang memunculkan Lauterbrunnen bak lukisan Sang Maha Kuasa.

Foto Dok.
Foto Dok.
Pribadi

Salah satu spot menarik ketika Anda menginjakkan kaki di Lautebrunnen adalah air terjun Staubbach atau Staubbach Falls. Air terjun ini merupakan air terjun tertinggi ketiga di Swiss. Saya sepertinya datang di waktu yang tepat. Karena saat musim panas, air terjun tersebut menyemburkan air ke segala penjuru seperti debu yang beterbangan. Tidak heran jika masyarakat setempat menyebut air terjun tersebut dengan kata staub atau debu. Semburan air terjun Staubbach memberikan sensasi tersendiri sembari menikmati hamparan rumput dan birunya langit.

Air
Air
Terjun Staubbach dari kejauhan (Foto Dok. Pribadi)

Tidak banyak wisatawan yang datang saat itu, padahal jika tidak dalam kondisi pandemi covid, Lauterbrunnen merupakan salah satu destinasi wajib bagi turis yang datang ke Swiss. Sekiranya pun banyak wisatawan saya tidak ambil pusing, karena Lauterbrunnen seolah menghipnotis saya untuk menikmati saja keindahannya dan tidak mempedulikan keadaan sekitar. Tengok saja sapi-sapi yang dengan tenangnya melahap rerumputan yang hijau, juga tidak peduli akan kehadiran manusia yang datang dan mengabadikannya.

Savana
Savana
dan sapi-sapi (Foto Dok. Pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun