Jagat maya dihebohkan dengan informasi mengenai klepon kudapan ringan khas Indonesia yang dianggap sebagai penganan tidak Islami. Sontak saja, informasi yang berawal dari cuitan di twitter tersebut menjadi viral. Bagaimana mungkin klepon yang sudah melegenda dan menjadi salah satu kudapan favorit masyarakat Indonesia tiba-tiba disebutkan sebagai makanan yang tidak Islami.
Saya tidak akan membahas mengenai bagaimana dan mengapa informasi tentang klepon ini menjadi viral di dunia maya yang akhirnya diketahui bahwa informasi tersebut tidak benar atau hoaks belaka. Yang ingin saya garisbawahi, dari kejadian klepon ini sangat jelas terlihat krisis kebangsaan yang dihadapi bangsa Indonesia.Â
Ada dua hal mengapa saya menyebut krisis kebangsaan. Pertama, masyarakat Indonesia menjadi sedemikian mudahnya diadu domba bahkan oleh sebuah informasi yang kebenaran dan validitasnya sangat diragukan. Tengok saja, dalam sekejap menjadi viral. Apa yang terjadi? Masyarakat saling tunjuk mencari kambing hitam. Kedua, semakin terpampang nyata pengkotak-kotakan golongan masyarakat. Isu agama bukan lagi menjadi isu yang sensitif, tapi menjadi isu yang seksi untuk mengadu domba masyarakat yang terkotak-kotakkan.
Dan, seperti yang sudah dapat ditebak, menurut saya ini bukan tentang Islam dan non-Islam. Tapi tentang pendukung dan haters Jokowi. Mengapa? Karena, saya melihat di lingkup pertemanan saya terutama teman-teman yang non Islam, sama sekali mereka tidak menganggap serius tentang klepon ini. Teman-teman saya yang non Islam bisa dihitung dengan dua jari yang membagikan dan menyebarkan informasi tentang klepon ini. Mereka pun hanya penasaran apakah memang benar informasi tentang klepon ini.
Yang seru adalah menyaksikan teman-teman saya yang beragama Islam yang membagikan dan menyebarkan informasi mengenai klepon disertai bumbu-bumbu tentang kadrun dan cebong. Teman-teman saya yang bukan merupakan kelompok pendukung pemerintah menganggap bahwa kejadian klepon merupakan upaya terstruktur dan sistematis untuk menjatuhkan umat Islam.Â
Dan yang melakukan mereka yakini bukan dari kalangan umat Islam, tapi justru dari buzzer pendukung pemerintah yang ingin merusak citra agama Islam. Di lain sisi, teman-teman saya yang juga beragama Islam yang mendukung pemerintah menyebutkan kelompok kadrun ini sudah sedemikian kehilangan akal dengan melabeli semua hal dengan Islam, seolah di Indonesia tidak ada kehadiran agama lain selain Islam.
Inilah yang saya sebut sebagai krisis kebangsaan yang dihadapi Indonesia saat ini. Kita sadar bahwa kondisi terpecah belahnya masyarakat sudah terjadi sejak Pilpres 2014, Pilkada DKI 2017, dan makin parah setelah Pilpres 2019. Setiap isu yang berkembang di masyarakat akan selalu menjadi perdebatan dua kubu: kadrun dan cebong. Dan yang membuat menjadi memprihatinkan, para elit politik khususnya tokoh tokoh politik yang notabene memiliki kekuatan dalam mengelola dan mempengaruhi akar rumput, seolah membiarkan krisis kebangsaan menjadi semakin parah.
Ketika Pilpres 2019 usai, dan Prabowo Subianto merapat kedalam pemerintahan, terlepas dari apapun rencana politik Prabowo dan partai Gerindra, saya melihat upaya yang dilakukan Prabowo sangat arif dan bijak. Mengingat pada saat itu, kondisi Indonesia sedemikian panasnya usai pilpres, sehingga rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo merupakan solusi terbaik guna mendinginkan suasana.Â
Namun yang terjadi, kelompok pendukung Prabowo merasa sudah tidak seiring sejalan dengan Prabowo, dimunculkan tokoh baru Anies Baswedan. Sehingga, menurut saya apapun isu yang berkembang di masyarakat saat ini bukan lagi soal agama, tapi soal pendukung dan haters baik dari Jokowi ataupun Anies. Tentang kadrun dan cebong.
Lantas, sampai kapan kita akan terpecah belah seperti ini? Menurut saya kuncinya ada pada diri kita sendiri. Kita tidak bisa berharap seratus persen pada tokoh-tokoh politik untuk bisa kembali merajut dan memperkokoh persatuan bangsa. Karena sejatinya dalam politik tidak ada kawan dan lawan, yang ada hanyalah kepentingan. Saat ini tokoh-tokoh politik yang kita lihat saling berbeda pendapat, tapi siapa yang bisa memastikan dalam sekejap mereka akan satu pendapat.
Dalam kondisi bangsa seperti saat ini, pastinya banyak oknum tidak bertanggungjawab yang memanfaatkan situasi dan kondisi guna lebih memperkeruh suasana dengan menyebarkan berita-berita bohong. Tugas kita lah yang harus mampu menyaring dan memilah informasi mana yang bisa kita sebarluaskan.Â
Jangan sampai kita menjadi bagian dalam penyebaran berita-berita bohong. Ketika kita mendapat informasi yang tidak benar atau belum diketahui kebenarannya, stop di kita, jangan diteruskan. Klepon hanyalah alat yang digunakan oleh oknum untuk mengadu domba. Bukan tidak mungkin akan muncul klepon-klepon lain untuk memecah belah bangsa ini. Jadilah pribadi yang cerdas dalam menggunakan jari jemari ketika berselancar di dunia maya.
Mari bersama kita menjaga keutuhan bangsa Indonesia dari siapapun juga yang ingin mengadu domba dan memecah belah. Jangan biarkan mereka tertawa melihat bangsa ini terkoyak-koyak dan terpecah belah. Stop mengkotak-kotakknya masyarakat menjadi kelompok yang berbeda, karena sejatinya kita adalah satu, Indonesia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H