Dobry den
Na shledanou
Ketika Anda mengunjungi Ceko, Anda akan sering mendengar dua kata tersebut. Ya, kata yang bermakna "Halo" (Dobry den) dan "Sampai jumpa" (Na shledanou) menjadi standar kebiasaan bagi masyarakat Ceko untuk diucapkan ketika bertemu orang lain, bahkan orang yang baru dikenal sekalipun. Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Praha dan melewati proses adaptasi, saya melihat standar kebiasaan tersebut menjadi sesuatu yang menarik dari karakteristik masyarakat Ceko.
Satu tahun menjalani kehidupan di Praha, menurut saya masyarakat Ceko -- tentu tidak semuanya, tapi sebagian besar -- sangat "dingin". Mungkin karena saya "orang asing" dan tidak berbahasa Ceko sehingga kesan sikap dingin itu sangat kentara.Â
Namun, jika melihat dari beberapa literatur yang membahas tentang karakteristik masyarakat Ceko, sebenarnya sikap dingin ini dilatarbelakangi oleh sejarah masa lalu Ceko -- waktu itu masih Cekoslovakia -- yang menganut paham komunisme dan menutup diri dari dunia luar.Â
Sepanjang paham komunisme berkuasa, masyarakat Ceko tidak memiliki kesempatan untuk banyak berinteraksi dengan orang asing yang akhirnya membuat mereka menjadi tidak mudah untuk menerima kehadiran "orang baru" di lingkungannya. Ketika paham komunisme runtuh, barulah secara perlahan Ceko dan juga masyarakatnya "membuka diri" terhadap dunia luar.
Namun, bertahun sejak keruntuhan komunisme, tidak dapat dipungkiri sikap tertutup terhadap orang asing tersebut masih menjadi karakter yang kuat di masyarakat. Bahkan misalnya ketika bersentuhan dengan orang-orang yang bekerja di sektor jasa, dimana seharusnya hospitality menjadi kunci dalam melayani setiap pelanggan baik itu masyarakat lokal atau orang asing, saya mendapatkan sikap dingin tersebut masih kental terasa.Â
Ketika Anda berkunjung ke bank misalnya, jangan membayangkan layanan penuh senyum dan keramahan para frontliners sebagaimana yang menjadi standar di Indonesia. Memang masih dapat dijumpai layanan dengan hospitality yang baik khususnya dari generasi milenial, dimana menurut saya mereka sudah lebih terbuka dan percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang asing.
Kembali ke dua kata yang disebutkan di awal, menurut saya dengan karakteristik masyarakat Ceko yang dingin, menjadi menarik bahwa mereka senantiasa menjalankan standar kebiasaan untuk tetap menyapa orang lain bahkan ke orang yang baru dijumpai sekalipun.Â
Karena penasaran, saya mencoba mencari beberapa referensi dan bertanya ke beberapa teman Ceko mengenai hal ini. Dari berbagai sumber, saya menemukan bahwa alasan dibalik pengucapan Dobry den dan Na shledanou menjadi standar kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Ceko, adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap kehadiran orang di sekitar kita.
Tentu saja dua kata tersebut tidak serta merta diucapkan dimanapun Anda berada, misal ketika Anda masuk ke sebuah supermarket tidak perlu semua orang Anda sapa, namun ketika Anda ingin bertransaksi di kasir maka gunakanlah "kata sakti" tersebut.Â
Ketika kita mengucapkan kata tersebut berarti kita mengakui kehadiran dan keberadaan seseorang di dekat kita, yang dapat diartikan untuk meluangkan waktu sejenak guna berinteraksi atau berkomunikasi. Dan ini yang saya rasakan di apartemen tempat tinggal saya.Â
Beberapa kali bertemu dengan beberapa orang yang sama dalam lift, awalnya hanya mengucapkan dua kata tersebut saja. Namun, setelah beberapa kali bertemu dan melihat saya membawa anak, akhirnya beberapa orang mulai menyapa tidak hanya sekedar "halo" dan "sampai jumpa", tapi mulai menanyakan usia anak saya atau mengajak anak saya bercanda. Walaupun ada kendala bahasa, tapi saya melihat ada upaya untuk membuka komunikasi. Dan yang tidak kalah penting, mulai untuk memberikan senyuman :-)
Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, dengan karakteristik masyarakat Ceko yang dingin tentunya standar kebiasaan untuk menyapa ini menjadi menarik. Yang membuat menjadi menarik karena Anda akan terbiasa disapa dengan wajah datar tanpa ekspresi dan sambil lalu. Awalnya akan merasa janggal ketika Anda disapa namun orang yang menyapa tidak menunjukkan sikap antusias atau sikap yang ramah, namun akhirnya akan terbiasa dan bisa mengikuti gaya interaksi masyarakat Ceko pada umumnya.
Peribahasa lama mengatakan di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Ketika kita berada ditempat baru yang sama sekali berbeda dari adat, budaya dan kebiasaan kita, tentu sudah sewajarnya kita yang menyesuaikan diri. Dan perjalanan satu tahun menetap dan beradaptasi dengan kultur masyarakat Ceko membuat saya merasa semakin kaya, kaya akan pengalaman hidup yang belum tentu akan terulang kembali.
Masih banyak cerita menarik dan unik dari Praha, yang akan saya bagikan di kisah berikutnya :-)
Salam dari Praha!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H