Mohon tunggu...
RM TPA
RM TPA Mohon Tunggu... Belum ada, masih mencari -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Banda Aceh, 12 Agustus 1991 S-1 Pend. Matematika FKIP Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaknai Pantun Ibu Illiza di HUT Kota Banda Aceh

26 April 2016   14:35 Diperbarui: 26 April 2016   14:54 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hut  Ke-811 Kota Banda Aceh barulah berselang beberapa hari. Tapi tak ada yang berkesan sedikit pun untuk masyarakat. Seperti tak terjadi apa-apa, hanya pergelaran pameran foto dan evaluasi kinerja. Kenapa tidak ada Ceremony yang sedikit lebih berkesan dan bermakna untuk masyarakat. Padahal kita bisa melihat bagaimana Hut Jakarta ke-41 yang sangat "wah" dan menghasilkan rekor MURI dan pada rekor MURI itu Aceh masuk dalam kategori. Itu sebuah pencapaian sangat membanggakan bagi Pemerintah Aceh.

Illiza Sa’aduddin Djamal Walikota Banda Aceh

Di sela-sela kata sambutan Beliau pada saat pembukaan Sidang Paripurna oleh DPRK Kota Banda Aceh,

Mulai peuet Juli 2012
visi kajeulah keuh kota banda
model kota madani visi teusurah
teu urai ceudah lam 7 misinya

Pelaksanaan Syariat Islam secara kaffah
kalheuh teusurah di misi pertama
misi keudua teuma lon peugah tata
kelola pemerintah yang leubeh utama

Misi yang keu lhee pih teuntee ka jeulah
ekonomi kerakyatan lah tabangun bersama.
Misi keu peuet masyarakat yang ceudah
yang berintelektualitas sehat dan sejahtera

Pariwisata Islami misi keulimong
Peningkatan partisipasi ureung inong pih hana cupa
peran generasi muda misi ketujoh
Seubagoe kekuatan tangguh lam pembangunan kota.

sebuah pantun yang mengambarkan tentang semangat madani yang telah beliau rintis semenjak 2012-2017. Yang dulu beliau berdampingan dengan Bapak Alm. Mawardi Nurdin yang sebagai Walikota dan Ibu Illiza sebagai wakil. Dalam perjalanan menuju 2017 Bapak Alm. Mawardi Nurdin meninggalkan kami warga Aceh untuk selama-selamanya. 

Walikota Banda Aceh memang bertujuan membentuk Kota Madani bagi Kota Banda Aceh. Sebelum jauh melangkahh ke Kota Madani, kita harus melihat dulu Kota Banda aceh disebut sebagai Serambi Mekkah. Perjalanan Syariat Islam di Kota Banda Aceh mungkin ternilai statis atau tidak berkembang. Bisa kita lihat bagaimana kehidupan kaula muda masyarakat Aceh yang telah berubah dengan perubahan zaman. Nilai Budaya sebagai jati diri dan nilai islami sudah luntur itu terlihat semenjak pasca Tsunami 2004. Perubahan Kota Banda Aceh yang terlihat "bebas" dari norma-norma agama bila kita perhatikan memang terlihat jelas memasuki tahun 2005 atau 2006.

Perkembangan modern memang perlu untuk bisa memajukan suatu daerah. Namun, bukan perubahan seperti yang kita lihat sekarang. Dari pelanggaran Jam Malam bagi Perempuan, Khalwat dalam pelaksanaannya masih banyak bertebaran wanita pada pukul 23.00 Wib hingga pagi malahan. 

Seharusnya Walikota dan perangkat daerah Kota Banda Aceh bersosialisasi dengan orang tua-orang tua gampong atau orang tua masyrakat.  Seperti halnya Rasul, beliau berdakwah secara pelan-pelan dan diam-diam. Penerapan syariat islam memang tidak bisa sekaligus penetapan atau sekali kerja namun harus terus dikawal. Bukan karena Qanun tapi kembalilah kepada Al-quran dan Al-hadist. Menghidupkan kembali pengajian kampung, sholat jamaah, dan acara-acara buday lebih diperbanyak.

ketika itu berhasil baru kita berlanjut ke Kota Madani bila dua program tersebut berjalan sekaligus terkesan hanya program saja selama menjabat sebagai Walikota Banda Aceh. Kota Madani adalah  kekuatan masyrakat yang bersinergi dengan pemerintah. Namun, saat ini masyarakat masih belum merasakan apa-apa itu tentang kekuatan masyarakat. Masyarakat daerah-daerah terpencil saja masih banyak yang tak mau ambil tahu tentang daerahnya maupun Kota Banda Aceh malahan sibuk dengan mencari "sesuap" nasi.

Walikota adalah seorang wanita dan seorang Ibu. Seorang Ibu memiliki perasaan yang lebih peka terhadap anak-anaknya. Anggaplah kami ini anak-anak Ibu dan lebih peka terhadap perasaan anak-anak Ibu yang di daerah-daerah juga. Perhatian yang  selama ini kurang terasa bagi yang di daerah-daerah. Masih banyak anak-anak putus sekolah dengan alasan ekonomi dan alasan lainnya.

Kasih Sayangilah Kami 

kami anak mu Ibu

kami lahir sama dengan mereka

kami memiliki hak yang sama

kenapa kami terlupakan

kasih sayangilah kami 

kami membutuhkan perhatian mu

Ibu .. 

kami menyayangi mu 

luangkan waktu mu untuk kami ibu

hadirlah sejenak di sisi kami

lihatlah bagaimana keadaan kami..

kasih sayangi kami..oh.. Ibu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun