[caption caption="Seulawah Agam Salah Satu Geothermal yang bisa digunakan, Seulawah Agam yang terletak di Aceh Besar | Sumber: landscapeindonesia.com"][/caption]Listrik merupakan kebutuhan yang sangat vital pada saat ini. Ketersedian energi listrik merupakan salah indikator penunjang bagi pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah dan negara. Tetapi permasalahannya, Aceh sampai sekarang masih mengalami permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan energi listrik. Saat ini Aceh masih disuplai dari pembangkit yang ada di Provinsi sebelah, Sumatera Utara.
Permasalahan pemenuhan energi listrik sejak lama memang telah menjadi “umpatan” masyarakat karena listrik bisa dimatikan tiba-tiba tanpa sebab, dalam sehari mati lampu bisa lima kali. Terutama bagi daerah yang berada jauh dari Ibukota. Padahal masyarakat tak menggunakan fasilitas secara gratis, melainkan membayar setiap bulan, bahkan terkadang tak sesuai dengan beban pemakaian.
Salah satunya daerah Aceh Besar dimana sering menjadi “sasaran” untuk menjadi tempat pemadaman listrik. Padahal bila kita melihat di kawasan Banda Aceh yang lebih dekat dengan pusat pemerintahan jarang terjadi pemadaman listrik.
“enggak tau kenapa sering kali tempat kami di aceh besar sering terjadi pemadaman listrik. Padahal kami bayar seperti yang lainnya. Kalau terus-terus begini bisa rusak alat-alat elektronik kami di rumah.” Ujar seorang ibu rumah tangga.
Memang listrik telah menjadi konsumsi umum bagi masyarakat, apalagi sekarang ibu-ibu banyak peralatan di dapur yang menggunakan listrik.
Seulawah Agam Potensi Yang Bisa Digunakan Sebagai Geothermal
Cara kerja pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sendiri sebenarnya bukan hal yang baru, prinsip kerja dari PLTP ini hampir sama seperti cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yaitu mengandalkan tekanan dari uap, menggunakan air yang dipanaskan agar menjadi uap. Hanya saja dalam menghasilkan uap digunakan bahan bakar yang berbeda, jika pada PLTU dibantu oleh bahan bakar seperti gas, minyak, batu bara, dimana bahan bakar tersebut adalah bahan bakar yang tidak dapat diperbarui, lain dengan PLTP ini.
Pertama dalam cara kerja dari PLTP, air yang ada di tangki diinjeksikan ke dalam bumi hingga mencapai titik dimana terjangkau oleh sumber panas bumi. Jika disemakan maka pipa injeksi hingga mencapai diatas sumber panas bumi. Dengan begitu, setelah air memanas akan berubah menjadi uap, namun sebelum menuju ke turbin, uap air dipisahkan terlebih dahulu dari air yang masih terbawa, proses ini dilakukan di separator. Baru setelah itu uap kering menuju ke turbin dan menggerakkan generator yang digunakan untuk pembangkit listrik.
Selanjutnya uap didinginkan di dalam mesin pendingin dan proses tersebut berulang kembali. Dengan mengandalkan panas bumi, kita tak perlu mengkhawatirkan pemborosan dari bahan bakar yang tak dapat diperbarui, karena panas bumi akan terus ada selama bumi ini belum hancur setidaknya mengurangi menggunakan sumber energi seperti BBM.
Bila melihat proses atau cara kerja dan manfaat dari PLTP ini sendiri cukup bagus bagi masyarakat dan bisa menjawab permasalahan kebutuhan pemasokan energi listrik saat ini. Apalagi bila kita melihat salah satu potensinya ada pada Seulawah Agam. Seulawah Agam menyimpan energi panas bumi yang bisa dipakai menyuplai listrik ke Banda Aceh dan Aceh Besar dengan total kandungan panas bumi mencapai 1.115 megawatt, sementara kebutuhan listrik se-Aceh hanya 300 megawatt.
Pada tahun 2015 permasalahan ini sudah dibahas dimana, Ketua DPRA, Tgk Muharuddin mengatakan, harusnya tak ada lagi alasan proyek geothermal (panas bumi) Seulawah Agam tidak terlaksana. Soalnya, bantuan untuk eksplorasinya sudah ada hibah Pemerintah Jerman (Kfw) sebesar EUR 7.720.000 atau senilai Rp 100 miliar lebih.
Muharuddin mengatakan, dana hibah Pemerintah Jerman untuk pembiayaan eksplorasi panas bumi Seulawah Agam sudah disalurkan pemerintah Jerman melalui Kfw, kepada Kementerian Keuangan RI pada 7 Mei 2012. Ini artinya, dalam soal finansial, sudah tidak jadi masalah. Bahkan, untuk pelaksanaan eksplorasi, pihak konsultan Jerman dan Indonesia telah melakukan tender bebas dan pemenangnya adalah PT Pertamina.
Untuk pelaksanaan eksplorasinya, Pertamina diwajibkan bermitra dengan perusahaan daerah, dan Gubernur Aceh telah menunjuk Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA) sebagai mitra. “Penandatangan kerja sama antara Pertamina dengan PDPA juga telah dilakukan dua tahun lalu, tapi kenapa sampai kini belum ada aksi di lapangan. Pihak eksekutif juga belum menyampaikan laporan yang jelas kepada DPRA,” kata Muharuddin. Menurut informasi yang didapat Muharuddin, salah satu penyebab belum berjalannya proyek geothermal tersebut karena kepengurusan di PDPA terus mengalami pergantian. Pengurus yang lama belum sempat membenahi, sudah diganti dengan pengurus baru.
“Sebagai contoh, Syukri Ibrahim pernah diangkat oleh Gubernur Aceh sebagai Direktur Utama PDPA. Belum lama menjabat, sudah diganti dengan pejabat baru, Said Fahri. Menurut kabar, Said Fahri juga bakal diganti lagi,” kata Muharuddin. (http://aceh.tribunnews.com/2015/06/06/harusnya-tak-ada-lagi-alasan-proyek-geothermal-tak-jalan ).
Ya tinggal kita tunggu bagaimana kebijakan pemerintah saat ini. Ini bukanlah untuk kebijakan pribadi tapi untuk kesejahteraan masyarakat. Bila selama ini setiap kampanye atau Pemerintah selalu berbicara untuk meningkatkan kesejaheteraan masyarakat. Itu terbukti jelas pada tahun 2015 sudah ada yang ingin membantu tapi kok tidak diterima. Heran ketika melihat hal seperti ini.
Sebuah solusi yang ada tapi diabaikan. Bagi pemerintah kedepan, apalagi ini mau memasuki pilkada 2017 saya berharap ini bisa menjadi salah satu prioritas bagi pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H