Mohon tunggu...
Devi Triani
Devi Triani Mohon Tunggu... -

Pembaca, Traveller, Pengamat, Penonton, Pe-google, Pe-wiki, anything related to knowledge are interesting!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kartu Mati buat Jokowi

14 Mei 2014   01:49 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu kartu mati buat Jokowi? Kartu mati ini artinya, kalau Jokowi dipasangkan dengan cawapres tersebut, maka bisa kalah telak! Demikian juga sebaliknya, jika cawapres itu dipasangkan dengan capres lain, maka capres lain itu pun diperkirakan akan kalah telak!

Mari kita bahas satu per satu

1. JK

Sekalipun banyak survey dan banyak pengamat politik (abal-abal) yang meng-klaim bahwa pasangan Jokowi-JK memiliki elektabilitas tertinggi, namun sesungguhnya JK adalah kartu mati buat Jokowi. Apa masalahnya?

- JK pernah melawan SBY saat Pilpres 2009, padahal dia adalah wapres 2004-2009. Tindakannya menunjukkan etika dan nilai moralitas yg rendah. Ini akan memberi contoh yg buruk bagi birokrat di Indonesia.

- JK adalah produk orde baru, era suharto, konglomerasi-nya juga disinyalir akan membawa masalah, seperti Grup korporasi Kalla dan Bosowa.

- JK lebih senior dan cenderung akan sulit diatur oleh Jokowi. JK juga sangat cerdik memanfaatkan celah2 kelemahan Presiden, seperti yg dia tampilkan saat melawan SBY.

- JK adalah politikus sejati, nampak dari kesaksiannya melawan Sri Mulyani dan Boediono dalam kasus Bank Century.

- JK akan membawa gerbong/orang2 dari Golkar untuk masih menduduki kekuasaan di daerah2, kasus semacam Ratu Atut (Golkar), banyak terjadi di daerah2 yg masih menjadi basis massa Golkar, silahkan dichek, betapa banyaknya kader suami-istri di Golkar, setelah suami habis masa jabatan, istri-nya lah yg akan meneruskan. Nepotisme gaya reformasi.

2. Puan Maharani

Jika Puan diajukan sebagai cawapres, maka PDIP menggali kuburnya sendiri. Rakyat banyak yg mendukung Jokowi, namun tidak PDIP. Terbukti dg suara PDIP yg pas-pasan, bahkan tidak bisa mencapreskan sendiri tanpa koalisi.

- rekam jejak / track record Puan masih kurang dan sepak terjang nya belum kelihatan nyata.

- Puan hanya memperkuat sistem dinasti trah Soekarno, rakyat sudah apatis dan tidak tertarik dg model dinasti semacam ini.

3. Anis Matta / HNW / Aher

Calon2 dari partai kader yang oportunis dan memperjuangkan kepentingan kelompoknya sendiri saja, tentu tak menarik untuk digaet sbg cawapres. Dari ketiga nama diatas, barangkali Aher yg paling berpeluang. Namun sepak terjang Aher di Jabar, sangatlah mengecewakan. Dia menggandeng wagub 'boneka' Dedy Mizwar yang gemar makan sosis tapi gak ada kerjaannya sebagai wagub. Ini contoh kecerdasan partai dalam meng-eksploitasi kebodohan masyarakat. Lihat saja, jalan-jalan Propinsi di Jabar banyak sekali yang rusak parah dan bergelombang, macet dimana2, sementara Aher malah bernafsu untuk jadi RI-1. Tidak peduli dengan kesulitan warga, bagaimana mungkin mampu jadi cawapres?

4. Rhoma Irama

- cukup jelas. belum apa-apa saja sudah ngambek sama Cak Imin.

Sebaiknya Jokowi memilih cawapres yg bersih, terbuka, tidak membawa beban masa lalu, tidak oportunis, yg mirip Ahok. Dijamin akan menang SATU Putaran saja! Semoga!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun