Bagaimana Jokowi "Menelanjangi" Indonesia adalah sebuah Esai Trilogi yang akan awali dengan esai Bagaimana Jokowi Membunuh Rakyat Kecil, Bagaimana Jokowi Menjual Indonesia, dan Bagaimana Jokowi Menelanjangi Indonesia.
Bagaimana Jokowi Membunuh Rakyat Kecil
Pada awal kepemimpinan Presiden Jokowi tercatat ada kenaikan harga pada BBM, tepatnya pada 17 November 2014. Saat itu BBM jenis Pertamax dari harga Rp 6.500 naik menjadi Rp 8.500 per liter, kemudian disusul oleh Solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500 per liter. Jokowi beralasan, kenaikan harga BBM diperlukan karena membutuhkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur.
Di sisi lain, Utang Luar Negeri Indonesia pada masa peralihan kekuasaan sebesar Rp 2.608 triliun. Terhitung selama 2014 hingga 2019, Indonesia sudah menambah utang baru sebesar Rp 4.016 triliun. Melihat fakta bertambahnya utang ini tentu menimbulkan spekulasi, "Jika pembangunan infrastruktur diambil dari kenaikan harga BBM, untuk apa Jokowi mengambil utang lagi?".
Logika berlawanan inilah yang sedari awal terlihat pada masa kekuasaan Presiden Jokowi.
Utang Luar Negeri Indonesia masih terus berlanjut, bahkan per Februari 2022, utang pemerintah tembus Rp 7.014 triliun. Sedangkan harga seperti BBM, masih saja dinaikkan atas dasar "Demi kepentingan bersama".
Sepanjang kepemimpinan Jokowi, harga BBM mengalami setidaknya 6 kali kenaikan, tentu jika kenaikan harga BBM terus naik, lambat laun rakyat kecil akan terbunuh.
Di sisi lain, pada Agustus 2022 Indonesia mengalami surplus anggaran Rp 106 triliun, sehingga bisa memberikan subsidi energi sebesar Rp 502 triliun. Namun pada faktanya, harga BBM kembali naik pada beberapa waktu yang lalu. Lucu? Jelas. Entah apa yang ada di pikiran Pak Jokowi soal hal ini.
Terbunuhnya Rakyat Kecil Di Tangan Jokowi
Kenaikan harga BBM jelas berimbas pada sektor lain, dengan begitu, harga kebutuhan pokok pun ikut naik. Harga beras, sayuran, elektronik, hingga ritel dan makanan olahan terpaksa harus mengalami kenaikan harga.