Kenapa rasa menciptakan patah hati, membuat orang-orang kecewa, terluka, menangis, bahkan bunuh diri.
Berjuang sederas ombak ketika laut pasang, menerjang bebatuan, melampaui tembok beton pondasi jalan beraspal.
Berjuang tanpa peduli siksa apa yang mungkin terjadi, tak peduli sebesar apa hukuman yang sudah menanti.
Burung-burung terbang bebas diangkasa, lantas kenapa Aku tak sebebas dalam mencinta?
Katanya cintaku tak layak diterima, tapi demi apa mereka meragukan kebesaran cintaku.
Perjalanan hidup yang masih panjang, rasanya ingin ku akhiri tanpa perlu berpikir bijak, tak ada gunanya hidup dalam larutan memori tak berusia, abadi melekat hingga nadi ini berhenti berdenyut.
Kau memintaku untuk pergi tanpa tau kesalahanku, memukulku dengan sangat keras hingga napas ini sesak, membuat dadaku sekarat saking sakitnya.
Kau mengusirku tanpa Aku tau alasannya, membuat bibir ini bergetar hingga air mata menetes dengan sangat deras.
Seketika pikiranku kosong, waktu berjalan sangat lambat seolah sedang menikmati kehancuranku, runtuhlah harapan yang sempat bersinar di penghujung pertengkaran.
Kini Aku pergi, membawa segala petaka di sisa usiaku, yang mungkin sebentar lagi akan Aku padamkan nyawaku yang sudah tak punya apa-apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H