Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepucuk Rindu untuk Kamu

29 April 2021   06:02 Diperbarui: 29 April 2021   06:06 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup itu kisah. Tentang lara, kecewa. Tentang suka, bahagia. Tak ada yang mampu menyaingi kisah kita, biarpun malam-malam dipenuhi triliunan bintang, cerita tentang kau dan Aku selalu saja tak terkalahkan. Namun Aku percaya, setiap kisah yang tertulis dalam gelap, setiap kisah yang terlukis dari air mata, dan setiap kisah yang dibayar dengan kemenangan, adalah kisah-kisah yang tak akan pernah ada jawabnya.

Bila saja waktu mendengar, Aku ingin sekali kembali ke masa lalu. Masa di mana Aku dan kamu sering bertegur sapa, menjelajahi alam raya yang tiada habisnya. Masa di mana Aku dan kamu selalu tertawa bersama, berdua mendongengkan orang-orang dalam sandiwara.

Aku ingat, kau selalu menjagaku tiap kali Aku tersesat, tiap kali Aku terluka karena cinta. Kata-kata indahmu membuatku bangit lalu berdiri, tersenyum kemudian berlari mengejar cita-cita yang selalu Aku nyanyikan. Aku tak pernah lupa, pundakmu selalu ada buatku di kala air mata menghujani hati dan perasaanku, menikam setiap denyut nadiku, kau selalu membuatku merasa nyaman dengan lantunan nasehat yang kau beri.

Apa kau percaya? Terkadang wajahmu melintasi realitaku, membuatku membisu seribu bahasa, mata berkaca-kaca seolah air mata menuntut dendam atas kecewa yang Aku buat kepadamu.

Aku tau, seribu maaf tak akan membuatmu kembali merangkulku, melanjutkan kisah yang belum usai, menyelesaikan misi yang dulunya kita ukir dengan darah dan air mata. Aku bahkan tidak tau, harus sampai kapan Aku menerima hukuman ini. Sumpah, rasanya teramat menyakitkan.

Bila saja kau mengingatku, ketahuilah, ada banyak kisah yang ingin kuceritakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun