Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Malaikat Patah Hati

23 Maret 2021   17:20 Diperbarui: 23 Maret 2021   17:47 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihatlah, tiba-tiba kau datang dengan sejuta pertanyaan, badai risalah tentang perjuangan mimpi dan juga angan. Beribu butir air mata jatuh membasahi pipimu yang lucu, menyengsarakan mata yang tak mampu terbuka. Melukai bibir yang tak pernah berdusta, hanya untuk meminta pertolongan.

Begitu rimba isi kepalamu, sukar kurasa dipenuhi rumput liar berduri ketika kubelai rambutmu yang wangi. Katakanlah, kasih, sekejam apa tusukan yang dihujankan ke jantungmu? Pilu meraung, meronta merasakan kesakitan yang teramat dalam, hingga membuat rahangmu memerah dipenuhi oleh tamparan.

Berbait-bait kata mengantarkan kepergianmu, berlari terseok dan terjatuh, lutut dan siku berlumur darah, hatimu berteriak memohon ampun atas ketidakberdayaan. Tapi Aku bisa apa? Tak ada obat yang bisa kuberi, tak ada pelukan yang mampu menidurkanmu. Aku tak punya apa-apa, saking seringnya dilanda lara.

Jika kau ingin mati, Aku tak tega untuk membunuhmu. Jika kau ingin hidup, tak ada asa yang bisa Aku tawarkan. Kesedihan menelantarkan puing-puing kepercayaanku, tak ada lagi yang tersisa walau sekedar berdiri.

Lihatlah, Aku lumpuh tanpa tuan, Aku terpasung tanpa ada manusia yang sudi mengajakku bicara. Aku bahkan heran, kenapa ada malaikat semurni dirimu yang sudi menemuiku, bersimpuh pasrah meminta hati yang tinggal secuil, memohon berlabuh walau sudah Aku kunci ruang rinduku yang sedang sekarat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun