Ibuku stres, beliau kabur dari rumah meninggalkan kami. Beberapa hari kemudian beliau pulang, berencana untuk meracuni kami, dan meracuni diri sendiri. Niat itu diurungkan, entah apa alasannya, Aku tidak tahu.
Keadaan kemudian berbalik. Wanita yang hampir merebut mendiang Ayahku terkena stroke, jalan sempoyongan, bicara tidak jelas. Tapi Ibu tidak dendam, beliau malah membantu wanita yang hampir merenggut masa depan kami. Tiap lebaran Ibu mengiriminya opor ayam, ketika wanita itu singgah di tempat usaha milik Ibu, Ibu selalu memberikan makanan gratis.
Ya, Aku belajar dari ketulusan Ibuku. Darinya Aku belajar tentang memaafkan, tidak mendendam, tidak berlaku jahat walau dijahati. Darinya Aku berjuang tentang tanggung jawab. Beliau selalu berkata, "selesaikan apa yang sudah kamu mulai".
Beliau menyelesaikan utang-utangnya yang dulu, bertanggung jawab atas semua hal yang telah beliau lakukan. Beliau bertanggung jawab dengan memberikan kami makan, pendidikan, dan kasih sayang. Bahkan ketika saudara-saudaranya (termasuk ipar) membutuhkan uang, beliau selalu bersedia memberi walau uang yang ia beri hasil dari utang ke tetangga. Ya, memang begitulah faktanya, bahkan sampai saat ini.
Ibuku adalah sekolah pertamaku, darinya Aku banyak sekali belajar tentang kehidupan, belajar bagaimana seharusnya jadi seorang manusia.
Dear, Mom. I'm sorry. Sorry for all mistake I've done. Sorry for all the thing I've made. Sorry if I do something bad. Sorry for everything. I love You, Mom. I really fucking loves You, So much.
I wanna tell You, many times I've try to tell You that I love You. But I am scared, because I don't wanna You to see me cry when I'm honest that I love you.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H