Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimanakah Jika "Bullying" Merupakan Sifat Alamiah Manusia?

7 November 2020   18:37 Diperbarui: 7 November 2020   18:50 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya penasaran ketika melihat tiga keponakan Saya, yang semuanya masih sekolah dasar, yang sedang bermain ejek-ejekan dengan teman sebaya mereka di depan rumah. Mereka semua saling ejek, menyebut nama orangtua dari mereka masing-masing sebagai bahan ejekan. 

Lalu Saya bertanya, "Belajar dari siapa kamu ejekan itu?"

Ponakan Saya yang pertama menjawab, "Abisnya dia yang mulai duluan." Jawaban dari keponakan Saya yang kedua dan ketiga, bahkan dari semua temannya, menjawab dengan statement yang sama. 

Dari sinilah Saya mulai bertanya, "Siapa yang mengajari mereka?" Mereka bermain dengan teman sebaya ketika di rumah, bahkan ketika di sekolah. Saya pun yakin, ketika Saya menanyai semua teman sekolahnya, jawabannya akan tetap sama.

Bahkan, dulu ketika Saya masih kecil, Saya juga sering melontarkan ejekan yang sama. Bahkan, saat itu bisa dibilang kalau Saya yang memulai perang ejek-ejek dengan menggunakan nama orangtua masing-masing. 

Saya berpikir cukup lama ketika menyaksikan ponakan dan teman-temannya saling ejek, bahkan Saya sendiri waktu masih kecil, tidak tahu dapat "inspirasi" ejekan itu darimana.

Saya tidak membutuhkan waktu lama untuk membedah kasus ejekan yang dilakukan oleh keponakan Saya, teman-temannya, bahkan Saya sendiri waktu kecil. Saya langsung teringat dengan kalimat "kemanusiaan", yang Saya sendiri pernah membedahnya dalam artikel yang Saya buat.

Jika kalian berpikir bahwa kemanusiaan itu merupakan sifat-sifat yang "manusiawi", contohnya tentang sikap-sikap yang terpuji, maka Saya katakan bahwa pemikiran kalian itu salah. Awalan "ke" dan akhiran "an" merujuk kepada kata sifat, dalam konteks ini berarti sifat yang dimiliki oleh manusia. Sedangkan kita sendiri tahu, bahwa manusia tidak hanya memiliki sifat yang bernilai positif, tetapi juga negatif.

Menghargai sesama, membantu orang lain, mengasihi orang lain, merupakan sifat-sifat yang terpuji. Tapi jangan salah, mencuri, menggunjing, menghina, juga merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia. 

Maka dari itu Saya berkata, bahwa kemanusiaan bukan hanya soal sifat yang bernilai positif, tapi juga yang bernilai negatif. Sama halnya dengan bullying, yang merupakan sifat dengan nilai negatif. Manusia memiliki sifat alamiahnya, seperti menghancurkan (perang), membunuh, merusak lingkungan, rakus, sombong, dan masih banyak yang lainnya lagi. Sifat-sifat tadi merupakan sifat alamiah yang dimiliki oleh manusia, maka tidak heran, jika untuk membedah perilaku bullying bukanlah perkara yang sederhana.

Saya sendiri sering membuat artikel mengenai bullying dan mengkampanyekan anti bullying. Namun dalam artikel yang Saya buat, Saya hanya bisa menyajikan saran-saran yang semuanya masih bersifat hipotesa, belum mempunyai hasil yang signifikan untuk menurunkan angka bullying. 

Dan lambat laun Saya berpikir, jika Saya membenci sikap bullying karena pernah menjadi korban, artinya Saya sedang membenci diri Saya sendiri. Bahkan bukan sebuah rahasia lagi, jika korban bullying juga melakukan bullying ke orang lain pada masa yang akan datang, atau pada saat itu juga (dalam kondisi lingkungan yang berbeda dengan tempat di mana ia mendapatkan bullying). Karena dalam banyak kasus, seorang anak yang terbiasa merundung teman bermainnya (lingkungan rumah), ketika menyadari lingkungan sekolah berbanding terbalik dengan lingkungan rumah, maka anak itu akan menjadi pendiam di sekolah dan berpotensi dibully oleh teman sekelasnya.

Kasus semacam itu banyak terjadi, ketika seorang anak merasa memiliki "power" di lingkungan rumah, maka akan bersikap "sok berkuasa". Namun ketika ia tidak lagi mempunyai "power" ketika di lingkungan sekolah, ia akan menjadi anak pendiam yang berpotensi untuk menjadi "korban" bullying.

Pertanyaan yang akan Saya lempar ke pembaca adalah, "Bagaimana jika bullying merupakan sikap alamiah manusia?" Jika bukan, kenapa dari dulu sampai sekarang kasus bullying tidak juga lenyap? Bahkan lebih parah dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi informasi. 

Maka, jawaban yang tepat menurut Saya adalah, bullying merupakan sifat alamiah manusia. Kenapa? Selain karena sampai hari ini tindakan bullying belum juga hilang, ada hal yang tidak boleh kalian semua lupakan. 

Bahwa kehidupan di dunia ini selalu berpasangan. Ada positif dan negatif, air dan api, bulan dan matahari, udara dan tanah, baik dan tidak baik, bahkan "surga" dan "neraka". Jika semuanya bersifat "tesis" dan "anti tesis", maka akan sangat mustahil untuk menghilangkan tindakan bullying. Kenapa? Karena hidup ini tidak melulu soal "positif" dan bullying merupakan salah satu sifat alamiah manusia.

Kalian boleh mengamati, melakukan riset sederhana tentang artikel Saya. Silahkan kalian amati hal apapun yang terjadi di dunia ini, pasti nanti akan ketemu dua kubu, yaitu "positif" dan "negatif". 

Setelah bertemu dengan kedua kubu itu, nanti akan ada "kubu turunan" atau istilah lainnya "sub-sistem". Ketika nanti ditarik lebih dalam lagi, akan ketemu sub yang lebih kecil, dan akan terus seperti itu sampai pada akhirnya akan mengerucut, bahwa bullying merupakan salah satu sifat alami manusia. Sebuah sifat yang memang sedari lahir sudah dimiliki oleh kita semua.

Pertanyaan yang akan muncul sebagai reaksi atas artikel ini adalah, "Apakah perilaku bullying dibenarkan, jika bullying merupakan sifat alamiah manusia?" Jawabannya adalah tidak, karena tindakan apapun yang bersifat merugikan orang lain merupakan tindakan yang salah, tidak bisa dibenarkan. 

Pertanyaan berikutnya yang akan dilemparkan adalah, "Bisakah perilaku bullying dihilangkan?" Menurut Saya pribadi, perilaku bullying tidak bisa dihilangkan dari dunia ini, karena seperti yang sudah Saya katakan, bahwa bullying merupakan salah satu sifat alamiah manusia. Namun jika meminimalisirnya, Saya yakin hal itu bisa dilakukan. Karena seperti halnya tindakan kriminalitas. Angka kriminalitas di suatu tempat/daerah bisa diminimalisir, tentunya dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh instansi terkait dan juga kewaspadaan dari masyarakat.

Begitu juga dengan bullying, yang bisa diminimalisir tergantung sekeras apa usaha dari instansi terkait dan peran keluarga untuk meminimalisirnya. Namun bukan berarti tindakan kriminalitas dan bullying akan sepenuhnya hilang, karena hal-hal yang bersifat negatif pasti akan selalu ada untuk menghiasi kehidupan kita semua.

Dan, bagaimana jika dua tindakan tadi dipaksa hilang dari dunia? Bisa, kehidupan yang damai tanpa "kejahatan" bisa kita temui dan rasakan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan "mati". Setelah kita mati, kita tidak akan lagi pernah berurusan dengan yang namanya "positif" dan "negatif", semuanya akan hilang termasuk beban-beban selama hidup di dunia.

Tapi tunggu dulu, walaupun Saya sudah memberikan jawaban melalui kematian, Saya belum ingin mati dan tidak menyuruh kalian untuk bunuh diri. Saya masih ingin memuaskan "ke-aku-an" yang ada di dalam diri Saya sendiri. 

Lalu, bukankah manusia tidak akan pernah merasa puas? Memang benar, manusia tidak akan pernah merasa puas sampai kapan pun. Tapi ingat dengan kata "meminimalisir" yang tadi Saya katakan. Kita bisa meminimalisir hasrat "ketidak-puasan" yang kita miliki dengan hidup yang "sewajarnya" dan "secukupnya". Karena dengan begitu, kita lebih bisa menghargai kehidupan kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun