Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimanakah Jika "Bullying" Merupakan Sifat Alamiah Manusia?

7 November 2020   18:37 Diperbarui: 7 November 2020   18:50 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan lambat laun Saya berpikir, jika Saya membenci sikap bullying karena pernah menjadi korban, artinya Saya sedang membenci diri Saya sendiri. Bahkan bukan sebuah rahasia lagi, jika korban bullying juga melakukan bullying ke orang lain pada masa yang akan datang, atau pada saat itu juga (dalam kondisi lingkungan yang berbeda dengan tempat di mana ia mendapatkan bullying). Karena dalam banyak kasus, seorang anak yang terbiasa merundung teman bermainnya (lingkungan rumah), ketika menyadari lingkungan sekolah berbanding terbalik dengan lingkungan rumah, maka anak itu akan menjadi pendiam di sekolah dan berpotensi dibully oleh teman sekelasnya.

Kasus semacam itu banyak terjadi, ketika seorang anak merasa memiliki "power" di lingkungan rumah, maka akan bersikap "sok berkuasa". Namun ketika ia tidak lagi mempunyai "power" ketika di lingkungan sekolah, ia akan menjadi anak pendiam yang berpotensi untuk menjadi "korban" bullying.

Pertanyaan yang akan Saya lempar ke pembaca adalah, "Bagaimana jika bullying merupakan sikap alamiah manusia?" Jika bukan, kenapa dari dulu sampai sekarang kasus bullying tidak juga lenyap? Bahkan lebih parah dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi informasi. 

Maka, jawaban yang tepat menurut Saya adalah, bullying merupakan sifat alamiah manusia. Kenapa? Selain karena sampai hari ini tindakan bullying belum juga hilang, ada hal yang tidak boleh kalian semua lupakan. 

Bahwa kehidupan di dunia ini selalu berpasangan. Ada positif dan negatif, air dan api, bulan dan matahari, udara dan tanah, baik dan tidak baik, bahkan "surga" dan "neraka". Jika semuanya bersifat "tesis" dan "anti tesis", maka akan sangat mustahil untuk menghilangkan tindakan bullying. Kenapa? Karena hidup ini tidak melulu soal "positif" dan bullying merupakan salah satu sifat alamiah manusia.

Kalian boleh mengamati, melakukan riset sederhana tentang artikel Saya. Silahkan kalian amati hal apapun yang terjadi di dunia ini, pasti nanti akan ketemu dua kubu, yaitu "positif" dan "negatif". 

Setelah bertemu dengan kedua kubu itu, nanti akan ada "kubu turunan" atau istilah lainnya "sub-sistem". Ketika nanti ditarik lebih dalam lagi, akan ketemu sub yang lebih kecil, dan akan terus seperti itu sampai pada akhirnya akan mengerucut, bahwa bullying merupakan salah satu sifat alami manusia. Sebuah sifat yang memang sedari lahir sudah dimiliki oleh kita semua.

Pertanyaan yang akan muncul sebagai reaksi atas artikel ini adalah, "Apakah perilaku bullying dibenarkan, jika bullying merupakan sifat alamiah manusia?" Jawabannya adalah tidak, karena tindakan apapun yang bersifat merugikan orang lain merupakan tindakan yang salah, tidak bisa dibenarkan. 

Pertanyaan berikutnya yang akan dilemparkan adalah, "Bisakah perilaku bullying dihilangkan?" Menurut Saya pribadi, perilaku bullying tidak bisa dihilangkan dari dunia ini, karena seperti yang sudah Saya katakan, bahwa bullying merupakan salah satu sifat alamiah manusia. Namun jika meminimalisirnya, Saya yakin hal itu bisa dilakukan. Karena seperti halnya tindakan kriminalitas. Angka kriminalitas di suatu tempat/daerah bisa diminimalisir, tentunya dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh instansi terkait dan juga kewaspadaan dari masyarakat.

Begitu juga dengan bullying, yang bisa diminimalisir tergantung sekeras apa usaha dari instansi terkait dan peran keluarga untuk meminimalisirnya. Namun bukan berarti tindakan kriminalitas dan bullying akan sepenuhnya hilang, karena hal-hal yang bersifat negatif pasti akan selalu ada untuk menghiasi kehidupan kita semua.

Dan, bagaimana jika dua tindakan tadi dipaksa hilang dari dunia? Bisa, kehidupan yang damai tanpa "kejahatan" bisa kita temui dan rasakan. Bagaimana caranya? Yaitu dengan "mati". Setelah kita mati, kita tidak akan lagi pernah berurusan dengan yang namanya "positif" dan "negatif", semuanya akan hilang termasuk beban-beban selama hidup di dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun