Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gempa Turki-Yunani dan Teori Konspirasi

31 Oktober 2020   10:28 Diperbarui: 31 Oktober 2020   10:51 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via Akurat.co

Saya sendiri bukan termasuk orang yang mudah meremehkan bidang ilmu lain (teori konspirasi), bahkan Saya merupakan salah satu orang penikmat teori konspirasi selama lebih dari 5 tahun yang lalu. Namun, selepas tahun 2016, Saya mulai meninggalkan bidang ilmu yang sudah Saya pelajari sejak kelas 3 SMA itu. 

Apa yang membuat Saya akhirnya "menutup" teori konspirasi itu di hidup Saya? Salah satu sahabat terbaik Saya kala itu berkata, "Jangan terlalu serius mempelajari teori konspirasi, nanti kamu akan selalu paranoid terhadap hal-hal yang kamu temui." 

Dan memang, setiap hal yang Saya lihat maupun kejadian yang terjadi, pikiran Saya selalu tertuju pada teori konspirasi. Mulai dari bentuk bangunan seperti masjid, sajadah, benda-benda yang terdapat gambar segitiga dan mata satu, konsep musik video, hingga lirik lagu, semuanya Saya sangkutkan ke dalam teori konspirasi yang berhasil membuat pikiran Saya tidak tenang.

Menyadari ada suatu "penyakit" di dalam pikiran Saya, akhirnya membuat Saya memberanikan diri untuk tidak lagi mempelajari teori konspirasi. Bukannya membenci teori itu, tetapi Saya menjadikan pengalaman belajar teori konspirasi sebagai arsip untuk wawasan Saya. Dan ketika mendengar kata bumi datar, Blue Beam, HAARP, Saya selalu tertawa dalam hati dan kembali teringat pada masa di mana Saya begitu semangat mempelajari teori itu. 

Sikap Saya yang saat ini acuh terhadap teori konspirasi tidak serta membuat Saya "menuhankan" sains, tetapi Saya lebih memilih untuk berpikir rasional "jika ada teori yang bisa dibuktikan validitasnya, untuk apa mempercayai teori yang belum bisa dibuktikan validitasnya?". Setelah berhasil lepas dari teori konspirasi pun, pikiran dan hati Saya jadi lebih tenang, waktu produktif Saya jadi lebih berkualitas, karena pikiran-pikiran paranoid sudah tidak lagi mengusik hidup Saya.

Ada satu komentar lucu lagi yang Saya temui dalam postingan bencana di Turki dan Yunani itu, yaitu ketika ada salah satu netizen yang berpikir kalau bencana itu disebabkan oleh Perancis yang akhir-akhir ini sedang mengalami ketegangan dengan Tuurki. 

Logikanya sangat sederhana, sepengetahuan Saya, Yunani tidak terlibat ketegangan dengan Perancis. Lalu, kenapa Yunani juga mendapatkan efek dari "bencana buatan" itu? Lagi pula, banyak negara Islam yang bersitegang dengan Perancis, kenapa pula negara-negara Islam itu (termasuk Indonesia) tidak mengalami nasib yang sama dengan Turki dan Yunani?.

Sebuah bencana alam berarti musibah, maka sangat tidak etis bagi kita untuk mengkaitkannya dengan teori konspirasi yang kebenarannya sampai saat ini belum terbukti. Karena hal itu akan melukai perasaan orang yang sedang tertimpa musibah, menambah rumit persoalan yang sedang terjadi dengan hadirnya teori konspirasi. Kita harus lebih bijak dalam menyikapi sebuah musibah yang sedang terjadi. Jika tidak bisa berkata yang baik, maka jalan keluarnya adalah dengan diam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun