Risiko kegagalan dalam berusaha masih mending, jika mereka mendapatkan modal dari orangtua tanpa utang. Namun bagaimana jika modal itu didapatkan dengan cara utang ke rentenir karena susahnya akses kredit ke bank? Mereka malah akan semakin terbebani dengan mempunyai tanggungan utang yang harus segera dilunasi. Alih-alih mendapatkan laba, yang ada mereka malah akan menjual asset demi menutup utang. Entah dengan menjual sepeda motor, atau menutup utang dengan utang yang baru.
Yang terakhir adalah minat. Lulusan baru harus dipetakan sesuai minat mereka masing-masing. Karena jika semuanya diarahkan ke bidang usaha, tanpa dibarengi dengan pendampingan, mereka akan kelimpungan. Sedangkan kita tahu sendiri, banyak lulusan baru yang lebih tertuju kepada CPNS maupun kerja di kantoran. Kenapa bisa seperti itu? Lagi-lagi kultur sosial yang berperan dalam pembentukan mindset itu.
Kepala BKPM mengeluarkan pernyataan seperti itu, mungkin memang bakat dan minat dia untuk jadi pengusaha. Namun dia lupa, bahwa persoalan untuk menjadi seorang pengusaha bukan hanya masalah regulasi, tetapi ada sekelumit permasalahan kompleks yang membuat lulusan baru 'ogah' untuk memulai usaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H