Dalam tulisan Saya yang sebelumnya, sudah sedikit Saya jelaskan mengenai falsafah orang Jawa "nrima ing pandum". Sadar atau tidak, falsafah itu berlaku untuk saat ini.Â
Ketika sedang terjadi banyak masalah dalam hidup, orang Jawa disarankan untuk selalu menerima, walau fakta yang diterima teramat pahit. Orang-orang masih tetap santuy atas hal apapun yang sedang menimpa negara ini, oleh karenanya falsafah itu mempunyai efek yang sangat bermanfaat.
Ketika orang Jawa diberikan pemahaman mengenai "nrima ing pandum", ajaran itu akan diterima oleh alam bawah sadar. Dan alam bawah sadar manusia bekerja untuk jangka waktu yang lama, maka dari itu, apa yang diterima (sugesti) oleh alam bawah sadar tentang nrima ing pandum, akan berimbas pada masa seperti sekarang.Â
Ajaran yang penuh dengan manfaat, yang harus kita lestarikan sampai kiamat datang. Karena dengan adanya sugesti yang bersifat seperti itu, akan menghindarkan kita dari panic attack.Â
Saya pun yakin, daerah selain Jawa mempunyai ajaran yang sama. Sebuah kebanggaan bukan? Maka dari itu, kita harus melestarikan ajaran falsafah yang penuh makna itu.
Kemudian, negara kita terkenal dengan negara yang berkepercayaan (beragama). Dalam ajaran-ajaran kepercayaan (Samawi dan Penghayat) yang berkembang di Indonesia, tentu mempunyai andil dalam fenomena yang unik ini.Â
Bagi kalian semua yang beragama, pasti sudah tidak asing dengan pernyataan "Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melampaui batas kemampuan umatnya".
Secara tidak langsung, sugesti yang termuat dalam pernyataan itu berimbas pada sikap pemeluknya (tetap santuy di tengah krisis). Lagi-lagi alam bawah sadar kita berperan penting dalam penentuan sikap yang harus kita praktekkan di waktu yang akan datang (seperti saat ini).
Sedari kecil kita sudah terbiasa tersugesti dengan konsep-konsep kehidupan, baik dari agama maupun ajaran leluhur, dan ketika sudah dewasa, kita bisa bersikap bijak dalam menghadapi cobaan hidup. Dan tanpa kita sadari, ajaran semacam inilah yang membuat kita tetap santuy biar bagaimanapun keadaannya.
Dalam ajaran yang kita terima sejak kecil, kita selalu diyakinkan, bahwa apapun masalah yang sedang kita hadapi, pasti ada jalan keluarnya. Kita hanya dianjurkan untuk berdo'a, berusaha, dan tetap yakin bahwa musibah yang menimpa kita terdapat jalan keluar, maupun hikmah yang dapat diambil.
Ajaran lain yang pernah kita terima yaitu, "namanya juga hidup, pasti terdapat masalah". Atau, "kalau pusing itu wajar, namanya juga punya kepala". Dua kalimat itu sangat sederhana, tapi efeknya sangat luar biasa jika kita bisa memaknainya dengan baik.Â