Yang terakhir adalah, seseorang yang mengambil ilmu psikologi tapi merasa tahu dengan ilmu sastra/bahasa. Seriously? Psikologi dan Bahasa, jelas dua bidang ilmu yang tidak sama.Â
Bahkan, menurut Saya, tidak ada hubungannya sama sekali. Oleh sebab itu, Saya sangat menyayangkan sikap "sok tahu" seorang sarjana psikologi terhadap ilmu bahasa/sastra. Malah Saya berpikir, Lutfi Agizal mengalami permasalahan mental, terutama yang berkaitan dengan kata Anjay dan Anjayani. Kenapa Saya bisa berpersepsi demikian? Karena Saya dapat melihat respon Lutfi terhadap sesuatu, terutama dari gaya berbicara dan raut wajahnya. Dan memang pada faktanya, banyak lulusan psikologi yang mengalami masalah mental. Bahkan, Saya sendiri memiliki beberapa kenalan penyitas gangguan mental yang mengambil study ilmu psikologi.
Sebenarnya, ada banyak hal menarik yang bisa dibedah dari seorang Lutfi Agizal, terutama dalam kacamata psikologi dan sosial. Memang, Saya sendiri seorang lulusan ilmu ekonomi. Namun, walaupun Saya seorang ekonom (katakanlah), Saya juga memiliki komunitas yang bernama Rumah Depresi, penulis buku, penulis artikel tentang filsafat, sosial, politik, dan juga ekonomi. Kenapa Saya baru bereaksi sekarang? Karena Saya masih ingin mengamati tingkah laku Lutfi Agizal, membaca seorang Lutfi Agizal melalui pisau psikoanalisis.
Dan yang perlu menjadi catatan, tulisan Saya ini mungkin masih bersifat subjektif. Tetapi, Saya berani menjamin bahwa banyak orang di luar sana yang sepemikiran dengan Saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H