Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bahasa Langit

25 April 2020   04:30 Diperbarui: 25 April 2020   05:13 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutku Tari Sufi itu indah. Aku selalu terbius terpesona, ketika mereka berputar, hanyut, lalu menyatu. Andai saja Aku itu Rumi, niscaya betapa merdunya senandung pasca kematianku. Aku pasti akan terbebas dari kefanaan dan hidup yang sesungguhnya bersama kecintaan kepada Sang Tiada.

Entah, Tari Sufi berhasil memantik dimensiku yang lain. Untuk ikut menari. Ikut hanyut. Dan akhirnya ikut menyatu. Sungguh, seni Jalaludin Rumi itu tiada tertandingi, tiada ternilai, tiada cacat sedikitpun.

Dari banyaknya fase kehidupan, di usiaku yang masih muda, Aku selalu memikirkan tentang kematian. Bukan takut. Bukan pula menghindar. Tapi Aku sudah tidak sabar untuk menyambutnya. Beralih ke dimensi Yang Maha Sempurna, berkawan baik dengan Sang Waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun