Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mimpi Basah Anarkisme

12 April 2020   20:22 Diperbarui: 12 April 2020   20:45 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia ini berproses. Yang tadinya ada, menjadi ada. Yang tadinya kosong, mulai menumbuhkan tunas. Yang tadinya menyatu, menjdi terpisah. Menjadi blok per blok. Benua per benua. Kehidupan pun, sama. Yang tadinya bayi, tumbuh menjadi dewasa. Kemudian menjadi tua. Lalu mati. 

Ada yang sedari kecil menderita, miskin. Tapi dengan berposes dalam cakupan usia, kini menjadi bahagia. Agama pun sama. Dari Yahudi, ke Nasrani, Ke Islam. Dan lambat laun, populasi yang tak berTuhan dan berAgama semakin bertambah.

Bumi yang dulunya hijau, perlahan mulai gundul. Udara yang semulanya bersih, lambat laun mulai tercemar. Begitu pun dengan Ideologi, Ekonomi. Dari yang klasik, ke utopis dan modern.

"sejarah terus berulang. Dari tesis, ke anti tesis, lalu ke sintesis. Sejarah terus berulang. Ke tesis lagi, anti tesis lagi, sistesis lagi. Begitu setursnya."

Bumi ketika tercipta, melahirkan air, bebatuan, tumbuhan, oksigen. Lalu lahirlah hewan dan manusia. Kemudian tercipta rantai makanan. Kemudian tercipta hukum manusia. Tapi apalah artinya rantai makanan dan hukum manusia, jika alam mempunyai caranya sendiri dalam menseleksi penghuninya.

Mari kita berbicara masalah Anarkisme. Tujuan dari Anarkisme adalah tanpa kelas, meniadakan negara. Kehidupan menjadi kolektif. Tanpa kekerasan, tanpa penindasan, tanpa perbudakan. Bahkan oleh Tuhan dan Agama sekalipun. 

Terdengar aneh, tapi menjadi satu-satunya opsi ketika dunia mengalami kekacauan. Tapi apakah cukup? Tidak. Anarkisme hanya bergelut dalam sistem politik, sedang kehidupan akan berlangsung jika memenuhi unsur ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya.

Ibaratnya sebuah rantai makanan. Jika salah satunya terputus dan tidak ada, maka dunia akan menjadi kacau. Layaknya bumi tanpa air. Atau manusia tanpa oksigen.

Revolusi Anarkisme, jika merebut alat produksi saja tidaklah cukup. Karena jika begitu, justru akan memunculkan borjusi baru, feodal baru, dan tetap melanggengkan hirarki.  Revolusi Anarkisme, melakukan penjarahan saja tidak cukup. Karena barang jarahan lambat laun akan semakin menipis, lalu habis. Merebut alat produksi dan melakukan penjarahan teramat konyol jika tidak dibarengi dengan pembakaran unsur kapital. Bakarlah pabrik, kendaraan, bangunan, elektronik, dan juga alat pembayaran. Maka dengan begitu, Revolusi Anarkisme akan sesuai dengan cita-cita.

Coba pikir, apa artinya Revolusi Anarkisme jika masih ada yang memiliki kendaraan, gadget, rumah, hingga uang? Karena melalui kepemilikan itulah kelas sosial masih akan tetap eksis. Mereka yang meneriakkan Revolusi Anarkisme akan menjadi penindas baru di lain waktu. Kenapa bisa begitu? Karena itu sudah menjadi sifat murni manusia.

Revolusi Anarkisme akan berhasil jika output-nya kembali pada fase kehidupan primitive. Di mana semuanya tak mengenal apa itu negara, pemimpin, kendaraan, elektronik, dan juga uang. Revolusi Anarkisme akan berhasil jika semuanya kembali hidup tanpa pengetahuan apapun. Kembali hidup bersama alam.

Tapi jangan senang dulu. Jangan kalian lupakan hukum alam. Manusia memiliki nafsu, yang tadinya hidup individu, akan membentuk kelompok, menentukan kepala kelompok/suku. Kemudian menginvansi kelompok lain, melakukan perluasan wilayah, melakukan penjajahan, memberlakukan perbudakan. Hingga akhir akan tercipta monarki, kemudian melahirkan pemberontakan.

Akhirnya muncullah istilah-istilah feodal, borjusi. Kemudian melahirkan Komunisme, Sosialisme, Feminisme, Kapitalisme, Liberalisme, dan tak lupa pula Anarkisme. Dunia yang sebelumnya tidak ada apa-apa, akan kembali melahirkan modernisme.

Kehidupan akan selalu begitu, karena fasenya memang begitu. Suatu saat kita akan menghilang satu per satu, musnah satu per satu, dan terlahir kembali satu per satu. Dari tidak ada, menjadi ada, dan kembali ke tidak ada.

Orang-orang banyak yang tidak menyadari, bahwa kehidupan alam semesta mempunyai aturannya sendiri. Dan banyak orang tidak menyadari, bahwa Bima Sakti begitu luas. Sehingga banyak dari mereka yang masih terperangkap dalam pemikiran yang Maha Rumit.

Banyak dari mereka yang masih ribut soal agama, ideologi, suku, dan berlomba untuk memegang kendali. Eksistensialisme memang nyata, sensasi yang dirasa pun tiada terkata. Tapi hal apa yang berada di baliknya? Tak ada yang tahu.

Ada orang yang mati demi merebut kekuasaan. Ada orang yang rela kehilangan identitas demi menjadi terkenal. Dan ada pula orang yang rela melakukan apapun demi perasaan Yang Maha Ilusi.

Ya, memang di dunia ini banyak sekali orang-orang yang masih terkurung dalam pikirannya sendiri. Dan banyak terjadi pula, orang Anarkisme menganggap bahwa ideologinya yang paling benar.

Umat Islam menganggap agamanya yang paling benar. Memang, semua orang berhak mengklaim bahwa apa yang diyakininya yang paling benar. Tapi mereka tidak tahu saja, bahwa Ibu Bumi lah Yang Maha Abadi, bahwa hukum alam lah yang paling kuat.

Revolusi Anarkisme selamanya akan menjadi mimpi, yang akan membuat mereka klimaks dan basah di alam tanpa kesadaran. Karena kebanyakan dari anak mudanya tidak menyadari, bahwa dunia ini teramat luas, Bima Sakti tak terhingga spekulasinya. Dan kehidupan ini tidak semudah teori dalam buku.

"Jika kau ingin menghancurkan, maka kau harus berani untuk menata ulang." Hara Nirankara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun