Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

"The New China", Sebuah Langkah Mematikan China yang Perlu Diwaspadai

8 Januari 2020   06:40 Diperbarui: 8 Januari 2020   14:41 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Xinhua

Siapa yang tidak kenal dengan China? Sebuah negara yang katanya menganut sistem Komunis (hehehe), saat ini China berhasil menjadi rival utama Amerika Serikat.

Dalam sebuah esai yang pernah saya tulis yang berjudul "Mewaspadai Intervensi China", sudah saya paparkan tentang proyek One Road One Belt yang justru menjerat negara-negara kecil dan yang sedang berkembang, salah satunya Indonesia! wow, amazing bukan?

Banyak masyarakat Indonesia (khususnya awam) yang belum tahu betapa "mengkhawatirkannya" jika Indonesia terus saja bergantung kepada China, terutama dalam hal pembangunan.

Rayuan pinjaman Utang Luar Negeri yang ditawarkan oleh China harus mendapatkan perhatian yang serius dari pememerintah Indonesia. Sebab, menurut riset Indef, ada 4 negara yang gagal bayar alias kredit macet atas pinjaman yang diberikan oleh China untuk pembangunan 4 negara itu. Keempat negara itu adalah Zimbabwe, Nigeria, Sri Lanka, dan Pakistan.

Seperti yang saya kutip dari bisnis(dot)tempo, Zimbabwe memiliki utang sebesar US$ 40 juta kepeda China. Akibatnya negara itu harus mengikuti keinginan China dengan mengganti mata uangnya menjadi yuan sebagai imbalan penghapusan utang.

Mata uang yuan di Zimbabwe mulai berlaku pada 1 januari 2016, setelah pemerintahan Zimbabwe mendeklarasikan tidak mampu membayar utang yang jatuh tempo pada akhir Desember 2015. Nigeria, di mana model pembiayaan melalui utang yang disertai perjanjian merugikan negara penerima pinjaman dalam jangka panjang.

China mensyaratkan penggunaan bahan baku dan buruh kasar asal China untuk pembangunan infrastuktur di Nigeria. Selain itu Sri Lanka, setelah tidak mampu membayar utang. 

Akhirnya pemerintah Sri Langka melepas Pelabuhan Hambatota sebesar US$1,1 triliun. \Keempat, Pakistan, di mana Gwadar Port yang dibangun bersama China dengan nilai investasi sebesar US$ 46 miliar harus direlakan. Indonesia harus mewaspadai rayuan pinjaman China jika tidak ingin asset negara disita oleh China akibat gagal bayar utang.

Nah, mari kita ke bahasan utama dalam esai kali ini. Apakah yang saya maksud dengan The New China pada esai kali ini? Ada yang bisa menebak? Yup, salah! (hehehe), jawabannya adalah Afrika!

Afrika menjadi salah satu benua yang digadang-gadang akan menjadi "New China", bukan dalam artian Afrika akan menyaingi China, tapi lebih tepatnya, Afrika akan menjadi wilayahnya China. Ada yang belum paham? Begini loh, sayangku: Afrika merupakan wilayah yang akan dijadikan China sebagai wilayah jongos (maaf) bagi China.

Laman Forbes pada Oktober 2019 mengatakan bahwa, Afrika menjadi wilayah urbanisasi tercepat di dunia dengan perpindahan orang-orang desa ke kota.

Transisi yang cepat itu menghadirkan tantangan baru bagi negara-negara yang rela menginvestasikan miliaran dollar uang mereka untuk pembangunan insfrastruktur di Afrika. Dan, China adalah salah satu negara yang berani mengambil risiko itu.

Populasi di Afrika sendiri pada tahun 2050 diperkirakan tembus 1 miliar jiwa. Dengan laju urbanisasi yang sangat tinggi ini, muncul banyak peluang ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

IMF baru-baru ini mendeklarasikan Afrika sebagai wilayah dengan pertumbuhan tercepat kedua di dunia, dan banyak yang memprediksikan bahwa Afrika sedang dalam perjalanan untuk menjadi ekonomi $ 5 triliun, karena konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat pada klip tahunan 3,8% menjadi $ 2,1 triliun pada tahun 2025.

China telah menjadi pemain utama dalam dorongan urbanisasi Afrika, karena sebagian besar inisiatif infrastruktur benua sedang digerakkan oleh perusahaan-perusahaan China dan/atau didukung oleh pendanaan China.

China sekarang adalah mitra dagang terbesar Afrika, dengan perdagangan Tiongkok-Afrika mencapai $ 200 miliar per tahun. Menurut McKinsey, lebih dari 10.000 perusahaan milik China saat ini beroperasi di seluruh benua Afrika, dan nilai bisnis China di sana sejak 2005 berjumlah lebih dari $ 2 triliun, dengan $ 300 miliar dalam bentuk investasi.

Dan, tahukah kalian wahai rakyat +62? Secara perlahan, China memindahkan pabrik manufaktur mereka ke kawasan Afrika. Kenapa? Karena upah pekerja di Afrika terbilang murah, maka dari itu, dengan adanya China sebagai pelaku utama dalam pembangunan di Afrika, lambat laun Afrika akan menjadi The New China.

Dalih bantuan pembiayaan pembangunan ekonomi yang ditawarkan oleh China kepada Afrika sejatinya merupakan langkah mamatikan China untuk menguasai benua Afrika!

Negara-negara di benua Afrika lambat laun akan tunduk kepada keinginan China dan akhirnya merelakan kedaulatan negara karena tekanan utang luar negeri. Dan bagaimanakah dengan Indonesia? kalian sudah bisa menebaknya dengan kasus Natuna yang akhir-akhir ini sedang diperbincangkan oleh semua lapisan masyarakat Indonesia.

Sebuah laman berita Ft(dot)com berhasil membuat saya terkejut dengan penggalan paragraf awal berita yang berisi, "Saya ingin membuat prediksi. Ini sangat berani: dalam 50 tahun, label "Made in Africa" akan sama di mana-mana seperti "Made in China" hari ini pada barang-barang sehari-hari yang dijual di Inggris seperti pakaian, handuk dan televisi.

Bahkan, saya akan melangkah lebih jauh: produk-produk Afrika sebenarnya akan menggantikan banyak barang yang saat ini dibuat oleh perusahaan-perusahaan Cina." Isi berita di laman tersebut mengingatkan saya tentang investasi besar-besaran yang digelontorkan oleh China di Afrika.

Dan, dengan semakin banyaknya pabrik China yang pindah ke Afrika, semakin menguatkan dugaan saya bahwa China akan menguasai benua Afrika dan semakin menguatkan posisinya dalam merebut stamp "Negara Super Power" yang saat ini dipegang oleh Amerika Serikat.

Sebenarnya jika kita ingin membahas masalah China dalam menjadi negara super power, esai ini akan teramat panjang, karena apa yang dilakukan oleh China berkaitan juga dengan kebijakan luar negeri China, geo-politik China, peran China dalam konflik yang terjadi di Middle East, dan juga sikap "dua kaki" yang dilakukan oleh China dalam masalah politik luar negeri.

Dalam esai saya sebelumnya sudah saya paparkan bagaimana cerdiknya China dalam menyikapi ketegangan di Suriah. China secara haluan berporos atau menjadi sekutu Russia dan Suriah, tetapi China enggan terlibat pertempuran atau konflik senjata dengan Amerika Serikat.

Hal itu dilakukan China karena Suriah merupakan salah satu jalur sutra yang menjadi incaran AS dalam hal perdagangan. China membantu Suriah hanya seputar kemanusiaan saja, tidak lebih.

Indonesia juga merupakan salah satu wilayah yang menjadi rebutan antara China dan Amerika Serikat, kenapa? Karena Indonesia juga merupakan jalur sutra bagi perdagangan dunia. Hal ini tentunya sudah diketahui sejak lama, dan yang menjadi alasan VOC pula dalam menjajah Indonesia selama 350 tahun.

Afrika akan menjadi The New China pada beberapa dekade yang akan datang bukan dalam hal menggantikan China, tetapi lebih kepada pemanfaatan Afrika oleh China dalam mendepak Amerika Serikat, terutama dalam hal perdagangan.

Afrika akan dikontrol oleh China karena investasi yang telah digelontorkan oleh China, bahkan termasuk kedaulatan sekalipun, Afrika akan berada di bawah kaki China.

Sedangkan Indonesia? mari kita semua simak tingkah elit politik Indonesia, apakah akan mengambil sikap berdiri di kaki sendiri, atau mengikuti Afrika yang berada di bawah kaki China dalam beberapa dekade ke depan.

Imbas dari investasi China, trade war antara China dan AS, dan juga konflik-konflik yang ada di Middle East akan berdampak secara langsung terhadap perekonomian Indonesia jika negara kita terus saja tunduk kepada rayuan investor.

Masalah dampak yang akan terjadi kepada Indonesia akan saya lanjutkan pada esai selanjutnya, dan semoga saya diberikan kesempatan untuk mengulasnya lebih dalam lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun