Janu merupakan sosok pria yang telah kenyang dengan drama kehidupan, dan dia memilih untuk menjadi angkuh, keras kepala, serta sosok yang baik untukku sebagai kawan, kawan baik. Aku heran, kenapa ada sosok lelaki seperti dia, bahkan aku tak pernah menemui sosok yang seperti dia sebelumnya. Hidupnya didedikasikan untuk kedua orangtuanya, adik-adiknya, dan untuk dirinya sendiri. "Love Yourself", setidaknya nasehat seperti itu yang ia berikan kepadaku.
Memang benar, terkadang kita harus acuh, seolah tuli dengan omongan orang di luar sana. Hujatan biar menjadi hujatan, anggap saja seperti bau kentut yang tidak bertahan lama.
Janu beberapa kali aku goda, iseng aku menciptakan obrolan bernuansa cabul berharap libidonya akan memberontak, atau mungkin saja melakukan hand job di kamar mandi. Narasi-narasi cabul aku dengungkan ketika kami sedang berbincang, kadang setelah main playstation, kadang ketika sedang berkendara, pernah juga ketika sedang berdua di villa. Tapi respon yang ia berikan tidak memuaskan segala pertanyaanku, tentang rasa penasaranku atas fantasinya dalam bercinta.
Terkadang ada pria yang alim di depan orang banyak, tapi cabul ketika sedang di kamar tidur. Terkadang ada orang yang rajin beribadah, tapi setelah itu menghibahkan tentang tubuh seorang wanita. Ada juga orang yang terang-terangan cabul di depan banyak wanita, ada juga orang yang tiap kumpul bersama teman menunjukkan sifat hyper seksualitasnya tapi nyatanya ia tidak berani untuk melakukan hubungan seksual.
"Jan, pernah melakukan hubungan seks?", tanyaku. "(istighfar)", jawabnya. "Dulu pernah sekali ciuman sama mantan pacar", lanjutnya.Â
"Halah, ciuman mah sudah biasa, Jan." timpalku. "Kalau colay?", lanjutku bertanya.Â
"Idih, amit-amit. Nggak pernah aku lakuin itu selama ini", jawabnya.Â
"Hmmmmmm... kamu impotensi ya?", tanyaku lagi.Â
"Terserah, orang-orang mau bilang apapun tentangku, terserah (sudah mulai emosi)", jawabnya. Aku yang sudah melihat tanda-tanda badai, memutuskan untuk berhenti kepo terhadap kehidupan pribadinya.
Aku penasaran, kenapa Janu sama sekali tidak tertarik dengan pembahasan tentang seks, bahkan ketika aku perlihatkan foto bugil wanita, ia hanya melirik sedetik lalu melanjutkan memainkan gadget-nya.
Memang pada kenyataannya, ada segelintir orang yang tidak tertarik dengan sesuatu yang cabul, bahkan untuk melakukannya pun teramat sungkan. Tidak bisa asal tuduh juga, kalau orang seperti Janu memiliki orientasi seksual yang berbeda dengan kebanyakan pria pada umumnya.
Seperti itulah adanya dari Janu, kawan baikku. Aku sendiri melihat banyak misteri lewat sorot matanya, dan ketika aku paksakan untuk menyelami misteri itu, malah badai kiamat yang datang menghampiriku.Â
Mungkin terlihat aneh, tapi memang seperti itulah orang dengan karakter seperti Janu. Aku sendiri tidak ingin mengambil kesimpulan sesatku atas Janu, aku tidak ingin "sok tau" tentang kehidupannya. Dan demikian juga dengan kalian, apa yang kalian lihat hanya ilusi karena manusia memakai banyak sekali topeng.
"Lin, aku sudah puas dengan segala kecabulanmu. Tiap harinya aku melihat wanita naked, tiap harinya aku berinteraksi langsung dengan mereka, karena memang dulu kerjaanku sering melihat cctv, memuaskan fantasi cabulku kepada para wanita penghibur lewat cctv. Dan sekarang aku sudah tidak tertarik lagi dengan sesuatu yang cabul." tegas Janu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI