Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendidik Tanpa Memberikan Trauma

7 November 2019   08:00 Diperbarui: 7 November 2019   08:26 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image via hellosehat.com

Jika hal itu sering dilakukan, alam bawah sadar anak akan memproses dan mengingat, lalu mempraktekkannya ketika mereka sudah mempunyai anak. Contoh sederhananya begini, "Dasar bodoh! Masa begini saja tidak bisa?", alam bawah sadar anak akan mengingat dan berkata yang sama kepada anak mereka kelak. 

Jika anak tidak bisa dalam melakukan suatu hal, ajari mereka, jangan menghardik anak dengan "dasar bodoh", karena sekali lagi, alam bawah sadar anak akan memproses dan mengingat hardikan itu.

Anak, ketika mendapatkan hardikan dari orangtua, rata-rata akan diam dan merasa takut, setelah itu akan kembali seperti semula kondisi mental mereka. Tapi jangan lupa juga, banyak anak yang justru melawan orangtua mereka karena seringnya mendapatkan hardikan. 

Efek dari hardikan itu bermacam-macam, yang dulu sempat saya lakukan adalah dengan kabur dari rumah dan menginap ke rumah Almarhumah Budhe saya selama lebih dari 2 minggu.

Coba bayangkan, jika orangtua masih tetap egois menghardik anak sesukanya dengan alasan, "Halah, itu hal yang biasa. Dulu saya lebih parah dari ini." pasti hal itu akan semakin membuat mental anak-anak Indonesia down, dan hasilnya tentu di bawah ekspektasi dari kata membanggakan.

Kondisi mental tiap orang berbeda, dengan adanya rasa trauma, tentu akan berimbas pada kondisi mental mereka. Saya masih beruntung, dibesarkan dalam keluarga yang menuntut kedisiplinan, tidak mengabaikan norma-norma yang berlaku, hingga tekanan yang teramat luar biasa dari Ibu saya bahkan sampai saat ini, saya masih tetap kuat dan melakukan hal yang maksimal dalam akademis dan non akademis. 

Tapi bagaimana dengan mereka selain saya? Maka dari itu, tujuan saya menulis bahasan ini bukan serta merta ingin curhat, tetapi memberikan edukasi kepada pembaca dengan pengalaman serta trauma yang saya miliki.

Saya pikir kita hidup di abad 21 yang sudah modern, maka singkirkanlah pikiran-pikiran primitif dalam mendidik anak. Jika kalian ingin menerapkan sikap disiplin kepada anak-anak kalian, silahkan, tapi usahakan agar anak tidak memiliki rasa trauma atas didikan kalian. Karena yang sudah dari tadi saya singgung, anak kecil mempunyai alam bawah sadar yang akan merespon, memproses, dan mengingat apa yang mereka alami ketika masih kecil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun