Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Genealogi Demokrasi

18 Oktober 2019   05:54 Diperbarui: 18 Oktober 2019   14:25 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cebong menyematkan sebutan 'Prabowo jahat sekali' pada masa kampanye, sehingga mengarahkan masyarakat dengan kalimat Lesser Evil. Cebong menyerang secara membabi buta sosok Prabowo yang dinilai jahat sekali ketika masa kampanye. 

Faktanya?  Cebong dipaksa menjilat ludah mereka sendiri dengan bergabungnya Prabowo dalam kabinet pemerintahan Jokowi. See? Inilah yang dinamakan politik.

Rumitnya politik tidak hanya perkara di atas. Berita terbaru menyebutkan bahwa para Kiai menyuruh Cak Imin untuk mengamankan 6 kursi menteri yang harus diisi oleh kader PKB, gila kan? Kalau begini keadaannya, pantaslah saya menyebut bahwa Demokrasi di Indonesia tidak efisien, efektif, dan kondusif. 

Saya sendiri pernah mendapatkan tawaran dari bebrapa akun instagram pada tahun 2017 -- 2019, yang intinya menawari saya untuk bergabung ke salah satu partai. Ada juga yang dengan polosnya mengirimkan pesan "Bang Hara, ayok kita bikin partai politik." Dalam hati saya, "What? Hell, no!", saya tidak tertarik sama sekali dengan yang namanya partai politik dan segala 'kesintingan' yang mengelilinginya.


Bangsa ini sudah 74 tahun merdeka, seharusnya bangsa ini bisa lebih baik dari era sebelumnya. Tetapi pada faktanya, Demokrasi di Indonesia semakin sinting. Saking sintingnya, sekarang terjadi pengawasan di mana-mana. Contoh terbaru saja, ASN bisa kena pecat hanya karena menyukai, membagikan, dan juga membuat konten yang tujuannya mengkritik pemerintah. 

Saya sendiri pernah membuat tulisan yang berjudul Demokrasi Ala Tukang Copet dan Reformasi Ala Tukang Begal, fenomena seperti sekaranglah yang saya maksud dalam dua tulisan itu. Pasti kalian tahu apa itu "Tukang Copet", kan? Tukang copet mengambil/merampas yang bukan miliknya. Begitu juga dengan "Tukang Begal", tukang begal segan untuk membunuh korbannya agar memiliki yang bukan miliknya. 

Dan lihatlah sekarang? Elit politik yang berkuasa merampas hak rakyat, bahkan segan untuk membunuh rakyat seperti yang menimpa kawan-kawan mahasiswa, pelajar, aktivis, dan juga petani yang menyampaikan aspirasi mereka masing-masing. Inikah yang disebut dengan Negara Demokrasi? Masihkan efisien, efektif, serta kondusif? Hell, no!

Genealogi secara umum berarti sebuah kajian penelusuran berdasarkan sejarahnya. Tulisan ini berjudul Genealogi Demokrasi. Lalu, bagaimana penelusuran sejarahnya? Saya beri jawaban singkat dan sederhana. Demokrasi adalah sebuah sistem yang dibuat oleh Pemikir Yunani yang sedang depresi. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun