Mungkin pikirnya aku hanya orang asing. Orang asing yang dikira akan semakin menghancurkannya. Tapi aku tidak mungkin setega itu, membiarkan yang sedang terluka semakin bertambah lukanya.
Tuhan memang misterius. Segala sesuatu yang terjadi akan selalu misterius. Tak ada satu pun yang mampu untuk menebak, ke mana dan bagaimana akhir dari sebuah cerita.
Sesorang dengan bangganya memberi harapan, seolah kita akan dibuat nyaman, merasa aman. Tapi siapa yang tahu perkara hati? Logika manusia tak bisa diterawang, niat hati seseorang teramat sukar untuk dipahami. Tapi percayalah, manisku. Ada sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih baik, atau bahkan lebih buruk dari ini.
Berdiammu di sini, membisumu di sini, adalah de javu dari sebuah reinkarnasi. Mungkin saja orang sebelummu bisa bertahan, hingga akhirnya ia menemukan hal-hal yang baru.
Atau mungkin saja orang sebelummu tak berdaya, hingga mati dirasa menjadi jalan paling sempurna. Dan bagaimana jika pada akhirnya kamu harus memilih, antara mati atau menciptakan?
Kamu bisa saja mati dan mengakhiri semua segala kemunafikan. Tapi kamu bisa pula menciptakan hal-hal yang lain. Hal yang mampu mendorongmu menjauhi jurang yang teramat dalam. Hal yang mampu membuatmu merasa seperti hidup kembali.
Aku akan memelukmu jika kamu meminta, kasihku. Silahkan kau terka, silahkan kau rasa. Apakah ini sebuah makar, atau sebuah kesucian. Tapi ada hal yang lebih istimewa dari itu, yaitu ketika kamu bisa memeluk dirimu sendiri, bahkan di saat semua orang mempermainkanmu. Dan damailah kamu, wahai manisku.
Damailah kamu dalam kesendirianmu. Aku rela berdo'a untukmu, aku rela, bahkan ketika kamu tak menginginkannya.
Musnahlah wahai tragedi. Musnahlah. Dan jangan pernah kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H