Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pethainoun

30 September 2019   00:11 Diperbarui: 30 September 2019   00:18 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Hara Nirankara

Mungkin pikirnya aku hanya orang asing. Orang asing yang dikira akan semakin menghancurkannya. Tapi aku tidak mungkin setega itu, membiarkan yang sedang terluka semakin bertambah lukanya.

Tuhan memang misterius. Segala sesuatu yang terjadi akan selalu misterius. Tak ada satu pun yang mampu untuk menebak, ke mana dan bagaimana akhir dari sebuah cerita.

Sesorang dengan bangganya memberi harapan, seolah kita akan dibuat nyaman, merasa aman. Tapi siapa yang tahu perkara hati? Logika manusia tak bisa diterawang, niat hati seseorang teramat sukar untuk dipahami. Tapi percayalah, manisku. Ada sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih baik, atau bahkan lebih buruk dari ini.

Berdiammu di sini, membisumu di sini, adalah de javu dari sebuah reinkarnasi. Mungkin saja orang sebelummu bisa bertahan, hingga akhirnya ia menemukan hal-hal yang baru.

Atau mungkin saja orang sebelummu tak berdaya, hingga mati dirasa menjadi jalan paling sempurna. Dan bagaimana jika pada akhirnya kamu harus memilih, antara mati atau menciptakan?

Kamu bisa saja mati dan mengakhiri semua segala kemunafikan. Tapi kamu bisa pula menciptakan hal-hal yang lain. Hal yang mampu mendorongmu menjauhi jurang yang teramat dalam. Hal yang mampu membuatmu merasa seperti hidup kembali.

Aku akan memelukmu jika kamu meminta, kasihku. Silahkan kau terka, silahkan kau rasa. Apakah ini sebuah makar, atau sebuah kesucian. Tapi ada hal yang lebih istimewa dari itu, yaitu ketika kamu bisa memeluk dirimu sendiri, bahkan di saat semua orang mempermainkanmu. Dan damailah kamu, wahai manisku.

Damailah kamu dalam kesendirianmu. Aku rela berdo'a untukmu, aku rela, bahkan ketika kamu tak menginginkannya.

Musnahlah wahai tragedi. Musnahlah. Dan jangan pernah kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun