Mohon tunggu...
Hning Swara
Hning Swara Mohon Tunggu... -

Just a passer-by...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bono, Sang Pejuang Kemanusiaan Sejati

14 Mei 2010   06:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banyak, aku perhatikan musisi lokal maupun mancanegara yang menyuarakan aspirasi mereka akan kepedulian terhadap sesama lewat lagu atau musik yang mereka ciptakan. Tapi yang seperti Bono—vokalis dari U2, sebuah band pop-rockyang berasal dari Irlandia--bisa dihitung dengan jari.

Kebanyakan musisi bisa dengan sangat luwes menyuarakan keberpihakan mereka pada kaum lemah lewat karya musik. Namun dalam praktik sehari-hari, dalam tindakan nyata, belum tentu sejalan. Bono berbeda. U2 (baca: You Too) lahir dalam situasi konflik antara negara mereka, Irlandia, dengan Inggris. Konfrontasi yang hampir tak ada habisnya tersebut, yang merenggut nyawa banyak orang tak berdosa, mau tak mau membuat mereka menjadi sangat peka. Lagu-lagu mereka penuh dengan kritik sosial, khususnya peperangan yang terjadi di sekitar mereka. Simaklah syair lagu ’Bullet the Blue Sky’ yang terdengar miris:

And I can see those fighter planes And I can see those fighter planes Across the mud huts as children sleep Through the alleys of a quiet city street Up the staircase to the first floor We turn the key and slowly unlock the door As a man breathes into his saxophone And through the walls you hear the city groan.

Atau ’New Years Day’, yang mengisahkan masih adanya gontok-gontokan di hari perayaan Tahun Baru, yang seharusnya menjadi hari perdamaian, juga ‘Sunday Bloody Sunday’ dan masih banyak lagi syair U2 lain yang menjadi ‘mata pisau’ kritikan yang tajam untuk peperangan.

Namun perjuangan mereka tak cuma sampai di situ. Bono—yang terlahir dengan nama Paul David Hewson--sangat aktif menyerukan perjuangannya akan kemanusiaan di luar urusan musik. Dia adalah seorang filantrofis yang aktif mendukung Green Peace, sebuah NGO internasional dan terlibat dalam beberapa agenda ekonomi, sosial, politik bahkan religius di tingkat global. Pada pertemuan G8 di Tokyo 31 Mei tahun lalu Bono juga diundang sebagai pembicara. Seruannya pada Jepang untuk secara giat membantu negara-negara miskin di Afrika samasekali tak terkesan basa-basi. Duduk sejajar dengan petinggi-petinggi G8 tak membuatnya risih, apalagi minder. Tetap saja dia Bono, vokalis rock yang hampir selalu tampil di muka umum dengan jaket kulit dan kacamata hitam. Tentang kacamata hitamnya ini, di sebuah wawancara dengan Rolling Stone, ia berkomentar:

” [I have] very sensitive eyes to light. If somebody takes my photograph, I will see the flash for the rest of the day. My right eye swells up. I've a blockage there, so that my eyes go red a lot. So it's part vanity, it's part privacy and part sensitivity”

Itulah Bono, sang pejuang kemanusiaan sejati yang pernah dinominasikan untuk Nobel Price dan mengantungi segudang penghargaan kemanusiaan. Ia juga pernah menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi dan mempersembahkan sebuah lagu untuknya yang berjudul ’Walk On’ (All That You Can’t Leave Behind, 2001), simaklah:

You're packing a suitcase for a place none of us has been A place that has to be believed to be seen You could have flown away A singing bird in an open cage Who will only fly, only fly for freedom

Viva Bono dan U2! Karya musikalmu akan terus hidup sepanjang masa.

Sumber: Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun