Mohon tunggu...
HMPSEP UNPAR
HMPSEP UNPAR Mohon Tunggu... Ilmuwan - Himpunan Mahasiswa Program Sarjana Ekonomi Pembangunan

HMPSEP

Selanjutnya

Tutup

Money

Virus COVID 19 Bermutasi, Akankah Ekonomi Indonesia Jatuh Lagi?

30 Maret 2021   19:02 Diperbarui: 31 Maret 2021   20:57 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Covid-19

            Pada Maret 2021, sudah genap 1 tahun Indonesia terdampak virus Covid 19. Sudah banyak sekali korban jiwa karena virus ini, tercatat pada Senin (8/3/2021) kasus positif Covid 19 sudah melebihi satu juta jiwa atau tepatnya 1.386.556 jiwa dan korban jiwa sebanyak 37.547 jiwa. Pemerintah Indonesia sendiri sudah melakukan berbagai cara untuk mengurangi penambahan kasus positif Covid 19, salah satunya dengan melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Virus ini muncul pertama kali di China tepatnya di Wuhan pada bulan Desember 2019. Banyak spekulasi tentang bagaimana virus ini terbentuk, namun saat ini pihak dari WHO sudah datang di Wuhan sejak bulan Januari 2021 untuk menyelidiki hal tersebut. Indonesia sendiri sudah mengimpor beberapa vaksin dan juga membuat vaksin sendiri. Indonesia juga sudah mulai melakukan vaksinasi kepada orang-orang terpilih, garda terdepan, dan orang lansia.

Mutasi Covid-19

            Pada bulan Maret kita kembali digemparkan dengan dideteksinya mutasi virus Corona atau SARS-Cov-2 B.1.1.7 yang sudah masuk ke Indonesia. Mutasi Covid 19 B117 ditemukan pertama kali ditemukan di Inggris. Menurut NERVTAG yang merupakan bagian dari departemen kesehatan Inggris yang khusus menangani virus di bagian pernapasan mengatakan bahwa mutasi SARS-Cov-2 B.1.1.7 ini bisa meningkatkan risiko kematian dibandingkan dengan Covid 19. Jika dilihat dari jenis vaksin yang ada di Indonesia ini, sampai saat ini WHO belum memvalidasi satupun dari vaksin yang ada di Indonesia. Hal ini menjadi pertanyaan besar, apakah vaksinasi ini bisa benar-benar menjinakkan virus Covid 19? Karena ditambah lagi ditemukannya mutasi SARS-Cov-2 B.1.1.7 yang baru sehingga kemungkinan besar belum ada vaksin yang ampuh untuk melawan virus ini. Namun, jika dilihat dari data yang disebutkan oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis (4/3/21) bahwa setelah dilakukannya vaksinasi, kesembuhan Covid 19 di Indonesia per 3 Maret 2021 mencapai 86,18% dimana angka tersebut berada di atas angka rata-rata dunia yaitu 78,83%. Selain itu, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa warga Indonesia tidak perlu khawatir dengan kasus Covid 19 B117 yang sudah masuk di Indonesia, dia mengatakan bahwa belum ada penelitian yang membuktikan bahwa virus ini lebih mematikan dibandingkan dengan virus asalnya, hal ini bertolak belakang dengan apa yang dikatakan oleh pemerintah Inggris yang sudah dibahas di awal.

Ekonomi

            Pertanyaan yang akan muncul di benak kita semua adalah “Apakah ekonomi Indonesia akan jatuh lagi?”. Jika kita lihat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2020 saat Covid 19 baru masuk ke Indonesia, perekonomian Indonesia mengalami penurunan sebesar 5,32% (y-o-y) dilanjutkan ke kuartal III 2020 dimana perekonomian Indonesia mengalami penurunan sebesar 3,49% sehingga perekonomian Indonesia resmi mengalami resesi. Namun pada kuartal IV 2020 perekonomian Indonesia terjadi peningkatan tren pertumbuhan dari kuartal III 2020 sebesar -3,49% menjadi -2,19%. Melihat dari tren tersebut dapat disimpulkan bahwa dari kuartal ke kuartal perekonomian Indonesia terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini juga disertai dengan kebijakan-kebijakan dalam sektor ekonomi yang juga membantu dalam pemulihan ekonomi di Indonesia, contohnya yang baru-baru ini dilakukan adalah Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 20/PMK.010/2021 dimana sebanyak 21 jenis mobil diberikan insetif pajak 0%.

Sumber : BPS
Sumber : BPS

Data di atas diperoleh melalui survei dari BPS pada tahun 2020, lebih tepatnya pada 7-15 September 2020. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah PSBB tidak diberlakukan sebanyak 53,1% responden berjenis kelamin pria mengaku pengeluaran meningkat dan sebanyak 53,59% responen wanita mengaku pengeluarannya meningkat, maka secara keseluruhan terdapat lebih dari 50% atau tepatnya sebanyak 52,84% responden mengaku pengeluaran untuk konsumsinya meningkat dibandingkan dengan saat awal PSBB (April s.d. Juni 2020). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai meningkatkan konsumsinya, otomatis roda perekonomian Indonesia bisa dibilang mulai berputar kembali. Data ini juga berbanding lurus dengan data pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat tiap kuartalnya.

Kesimpulan

            Melihat dari data pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 yang terus meningkat di setiap quartalnya dan data perubahan pengeluaran yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa masyarakat telah meningkatkan pengeluarannya dibandingkan dengan awal PSBB (April s.d. Juni 2020) , ditambah lagi perkataan Presiden Jokowi yang menghimbau masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir dengan B117. Bisa dibilang perekonomian Indonesia akan terus meningkat, mengingat saat ini juga sudah tidak diberlakukan PSBB seperti saat Covid 19 masuk ke Indonesia yang menyebabkan perputaran roda ekonomi sempat berhenti atau stagnan. Selain itu, protokol kesehatan harus tetap dipatuhi untuk mencegah penambahan kasus Covid 19 yang sangat berdampak bagi perekonomian Indonesia.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun