Pada tahun 1714 datanglah kerajaan dari Bali yaitu kerajaan karang asem dia membangun pura yang bernama Pura Gaduh khusus untuk umat hindu peninggalananak agung. Pura Gaduh dibangun berdampingan dengan Kemaliq Lingsar yang merupakan tempat pemujaan Masyarakat Sasak. Jauh sebelumnya di lokasi ini Masyarakat Sasak telah melakukan pemujaan terhadap sumber mata air yang mereka sebut Kemaliq. Pura Kemalik yang mengelola adalah umat muslim. Oleh sebab itu setiap tahun ada acara yang namanya pujawali perang topat. Gabungan anatara Pura Gaduh dan kemaliq ini di sebut degan Pura Lingsaar.
Nama Kemaliq Lingsar ini , kemalik artinya keramat karena di kemalik ini bisa dikatakan kombinasi antar umat beragama. Umat hinndu biasa melakukan persembahyangan di kemalik ini. Kita sebagai umat muslim itu bukan masalah tentang agama melainkan budaya. Karena pada zaman dahulu islam belum sempurna belum ada masjid. Orang - orang muslim terdahulu melakukan ritual seperti memotong rambut rambut atau dalam sasak istilahnya ngurisan, khitanan dan ritual-ritualnya di kemalik lingsar.
Pada zaman dahulu di kemaliq ini ada seorang wali yang datang karena ada kekeringan di tempat ini, sang wali menancapkan sebuah tongkat, ketika tongkatnya dicabut ternyata air lah yang muncul. Bersamaan dengan munculnya air tersebut sang wali tersebut menghilang. Itulah sebab adanya pujawali perang topat yang diperingati setiap tahun.
Perayaan pujawali perang topat bertepatan dengan hari odalan atau sembayang pure umat hindu, oleh sebab itu umat hindu dipersilahkan untuk melaksanakan odalan terlebih dahulu yaitu untuk melakukan persembahyangan. Setelah umat hindu selasi melaksanakan persembahyangan, acara pujawali perang topat baru akan dimulai.
Ikan itu jelmaan dari tongkat yang hilang yang pernah ditancapkan oleh sang wali tersebut. Sehingga ikan ini dikeramatkan tidak seperti ikan yang ditangkap sebelumnya apabila iakan ini mati iakan ini akan dikuburkan ditempat penguburan ikan yang berada di sebelah timur pura. Mati juga dalam arti sudah tidak diakui oleh keluarga ikan yang berada di dalam pure tersebut, ikan yang mati tersebut akan keluar di kolam besar atau orang sasak bilangnya telage belek ketika ikan itu mati pasti aka nada ikan yang lain yang akan menggantikannya secara terus menerus. Ikan ini timbul dengan sendirinya tanpa ada benih ataupun bibit yang lepas di dalam pure tersebut.tidak semua tamu bisa melihat ikan tersebut tergantung nasib kalau dalam bahasa sasaknya berezeki-rezekian
           Di dalam pure kemalik ini juga tredapat pancuran disebelah timur jumlahnya empat dan didalam pure kemalik ini jumlahnya 5 pancuran ini khususnya untuk orang berobat karena banyak mitos-mitos tentang manfaat air pancuran ini. Kalau disebelah barat ada sembiln air pancuran yang diberi nama pancur siwak yang melambangkan Sembilan wali.
           Makna dari selendang kuning atau putih atau dalam sasak istilahnya adalah dodot, maknanya adalah untuk menghormati tempat-tempat suci dan keramat. Selendang putih dan kuning ini tidak ada perbedaan di dalam kalangan orang muslim tetapi dari umat hindu punya arti tersendiri. Kalau perempuan yang sudah memakai kerudung boleh tidak memakai selendang di dalam pure ini karena sudah memakai kerudung.
           Menurut sejarahnya dulu anak agung pernah mengambil anak dari bangsawan yang muslim yang bernama Dende Fatimah dari Mambal oleh sebab itu sekarang banyak keturunan anak agung di karang asam berada di lingsar.
Jika terjadi kerusakan di Pura ini atau Pure ini hendak di renopasi di lakukan dengan cara gotong royong. Dulu ada sebuah piagam tentang pure ini tetapi piagam tersebut di bawa oleh Belanda sehingga piagam yang ada di Pure Lingsar ini tidak asli atau bentuknya lain. Dedare sasak pada zaman dahulu belum memiliki pakaian dedare sasak tersebut tidak menggunakan baju sambil membawa periuk.
           Sistem keamanan dan penjaga pure adalah satu orang dari dinas purbakala, sedangkan untuk pemangkunya hanya bertugas memegang kunci dan mendaoatkan penghasilan dari para pengunnung atau tamu. Belum ada perhatian yang besar dari pememrintah.
Untuk orang-orang yang berjualan di Pure ini , atau pedagang-pedagang yang ada di pure ini sudah mendapatkan izin, tradisi orang terdahulu yaitu izin dari orang tuanya yang terpenting adalah menjaga kebersihan pura.
Ada beberapa tempat di Pura ini di sudah di renovasi karena kerusakan tapi setelah di renovasi tidak sesuai dengan aslinya, itulah yang menjadi tempat kesalahannya. Jangan disamakan anatara kebudayaan Bali dengan kebudayaan Lombok dari segi bangunannya. Misalnya dengan membuatkan sebuah candi di Pura ini yang merusak keaslian dari pura ini, inilah salah dari pemerintah desa yang memberikan izin, yang dulunya di Pura ini tidak ada yang bangunan yang menggunakan batako sekarang menjadi ada. Bangunan yang benar-benar masih terjaga keasliannya yaitu di gerbang pintu masuk Pura.
Di pura lingsar ini tidak pernah terjadi konflik karena toleransi yang sangat tinggi dan kuat. Lingsar itu memiliki arti Ling itu dalam bahasa sasak artinya ongkat (suara) dan Sar itu dalam bahasa sasak yang artinya Aiq (aiq) jadi lingsar itu dapat diartikan sebagai suara air yang dalam bahasa sasak disebut Ongkat Aiq.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H