Saat semuanya melangkah mundur dengan ketakutan yang menjadi jadi.Â
Kau hadir memberanikan langkah untuk tetap maju.Â
Saat tubuh dan jiwa mencari perlindungan paling aman.Â
Kau justru menentangnya dengan tetap berada pada kondisi paling membahayakan.Â
Dan saat tangan gemetar enggan untuk merangkul yang terbaring .Â
Kau maju paling depan, membantu, merawat, bahkan menunggu kesembuhannya.Â
Sulit mengukir jasa-jasamu pada rangkaian kata terindah sekalipun, tak ada warnaÂ
Yang mampu mewakili darah juangmu, dan tak akan ada cerita yang mampuÂ
Mengisahkan perjalanan panjang paling melelahkan dari tangan yang tetapÂ
Merangkul dan kaki yang masih terus melangkah kedepan.Â
Hanya balasan dari yang KUASA kelak yang akan menjawab lelah yang nantinyaÂ
Akan berujung lillah pada keringat yang jatuh layaknya air hujan.Â
Yang tak terlupakan!Â
Hikayat perjuanganmu akan terus membara menyala pada kalimat singkat ini.Â
Dunia akan tetap berhembus mengingat namamu.Â
Tak akan lapuk juangmu diguyur derasnya air hujan dan panasnya pancaran Matahari.Â
Namamu abadi sepanjang zaman, layaknya kata " Yang Tak Terlupakan"Â
Singkat namun bermakna dalam, sedalam sabar yang kau junjung.Â
Ini bukanlah perjuangan ego!Â
Ini adalah perjuangan kemanusiaan!Â
Saat nyawa menjadi taruhan, saat kepentingan diri sendiri tak lagi menjadi prioritas, saat keluarga menjadi taruhan.Â
Dan saat kata MATI sekalipun menjadi pilihan dari peperangan ini.Â
Ini dunia mereka, pilihan antara hidup dan mati adalah jalan yang mau tidak mau Harus mereka tempuh.Â
Covid-19 hadir mengibarkan bendera peperangan.Â
Bumi dan huninya dibuat kaku dalam kondisi terbaring menyedihkan.Â
Namun, si baju putih hadir melawan dengan menegakkan bendera kemanusiaan.Â
Pakaiannya tertutup dan terbalut rapi dari ujung kaki sampai ujung rambut.Â
Raut wajahnya tak nampak, ditutupi potongan kain kecil.Â
Dia terlihat seperti manusia penjelajah angkasa, tapi bukan itu.Â
Kondisi bumi yang membuatnya berpakaian layaknya bukan manusia normal.Â
Apa boleh buat?Â
Kewajiban membawanya pergi jauh, bahkan ada yang sampai pada kondisi saat Tanah menimbun raga hingga membuatnya mati dan hidup dalam cerita juang.Â
Hadir ditengah wabah mematikan dengan harapan membawa kesembuhan pada Mereka yang terbaring kaku, tak jarang membuatnya gugur dihadapan covid-19.Â
Ini bukan kekalahan!Â
Sekali lagi ku utarakan ini bukan kekalahan!Â
Ini adalah kemenangan dari besarnya hati dan kuatnya raga yang mengangkat Senjata kesembuhan meski kenyataannya memeluk rasa sakit di akhir hayat.Â
Yang tak terlupakan.Â
Kau akan tetap menggema dalam kalimat singkat itu. Sampai kapanpun perjuanganmu akan tetap membekas pada cerita bumi dan Seisinya.Â
Cukuplah jasadmu yang terbaring kaku menyedihkan, tapi tidak dengan semangat Juangmu.Â
Bendera kemanusiaan yang pernah kau kibarkan akan tetap berdiri tegak ditengah Hiruk pikuk kejadian yang menimpa bumi.Â
Untukmu tenaga medis yang masih berjuang dalam peperangan yang tiada sudahnya, tetaplah menjadi garda terdepan melawan ganasnya wabah covid-19.Â
Dan untukmu pahlawanku yang sudah gugur di medan perang, tetaplah tersenyum, juangmu tak akan sia sia, pengorbananmu akan dibalas setimpal dan semangat juangmu akan terus berkibar layaknya bendera kesembuhan yang pernah kau angkat di hadapan virus mematikan.Â
Yang Tak Terlupakan! Tenaga medis di seluruh penjuru bumi.Â
Darah juangmu akan tetap abadi pada butiran tanah dan hembusan udara.Â
Api tak mampu membakar yang kau junjung, yaitu kesembuhan dari perihnya Kesakitan yang menimpa bumi.Â
Parumaan, 1 April 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H